Rabu 21 Sep 2022 09:47 WIB

Penyintas Berisiko Alami Masalah Jantung Walaupun Cuma Bergejala Ringan Saat Kena Covid-19

Makin banyak orang yang mengalami masalah jantung setelah pulih dari Covid-19.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Nyeri dada (Ilustrasi). Gejala umum long Covid meliputi nyeri dada, sulit bernapas, nyeri otot, kehilangan indra perasa dan penciuman, serta rasa lelah. Penyintas Covid-19 memiliki risiko mengembangkan masalah jantung.
Foto: www.freepik.com.
Nyeri dada (Ilustrasi). Gejala umum long Covid meliputi nyeri dada, sulit bernapas, nyeri otot, kehilangan indra perasa dan penciuman, serta rasa lelah. Penyintas Covid-19 memiliki risiko mengembangkan masalah jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang yang terinfeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) dalam dua tahun terakhir masih banyak yang mengalami masalah kesehatan. Mereka yang belum sembuh betul disebut mengidap long Covid.

Penderita long Covid dilaporkan banyak yang harus berjuang dengan kelelahan parah, nyeri otot, sesak napas, dan kehilangan penciuman. Kini, penelitian  menunjukkan makin banyak orang yang mengalami masalah jantung setelah sembuh dari Covid-19.

Baca Juga

Para ahli menyatakan kondisi tersebut bahkan dialami oleh pasien yang menderita gejala ringan Covid-19. Dr Ziyad Al-Aly, ahli epidemiologi di Washington University di AS mengatakan, penderita Covid-19 memiliki peningkatan risiko masalah jantung.

"Ini jadi masalah kesehatan masyarakat yang serius karena risikonya terbukti ada bahkan pada mereka yang memiliki infeksi ringan," kata dr Al-Aly kepada Daily Mail.

Penelitian yang diterbitkan oleh Office for National Statistics (ONS) di Inggris menunjukkan kematian akibat detak jantung yang tidak teratur menyumbang peningkatan kasus kematian. Berdasarkan data ONS, jumlah kasus kematian yang tercatat di Inggris dan Wales akibat aritmia jantung jauh di atas rata-rata untuk sebagian besar paruh pertama tahun 2022.

Jumlah total kematian akibat detak jantung yang tidak teratur adalah 37,1 persen di atas rata-rata pada Maret dan 23,1 persen pada April. Angkanya meningkat tajam dari 13,7 persen pada Januari dan 9,2 persen pada Februari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement