Kamis 25 Aug 2022 21:49 WIB

Cegah Anak Kecanduan Gawai, Kemenkes: Kenalkan Permainan Tradisional

Anak perlu alternatif permainan yang lebih menarik dan mengasyikkan daripada gawai.

Anak-anak bermain gasing di Kampoeng Baca Taman Rimba (Batara) Papring, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (7/9/2021). Permainan tradisional gasing yang terbuat dari bambu itu masih dilestarikan oleh Kampoeng Batara sebagai sarana edukasi agar tidak kecanduan gawai.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Anak-anak bermain gasing di Kampoeng Baca Taman Rimba (Batara) Papring, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (7/9/2021). Permainan tradisional gasing yang terbuat dari bambu itu masih dilestarikan oleh Kampoeng Batara sebagai sarana edukasi agar tidak kecanduan gawai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta setiap orang tua untuk kembali memperkenalkan permainan tradisional. Hal itu diyakni dapat mencegah anak kecanduan terhadap gawai seperti ponsel ataupun barang elektronik lainnya.

"Mainan tradisional seperti bakiak dan kelereng bagus sekali untuk diperkenalkan kepada anak," kata Ketua Tim Kerja Perilaku Ibu Hamil, Anak dan Remaja Kemenkes Herawati dalam acara Chimiland Lemonilo di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Baca Juga

Herawati menuturkan adanya perubahan baru sejak pandemi Covid-19 membuat anak tidak memiliki pilihan selain menggunakan gawai dalam jangka waktu yang lebih lama. Tak jarang pula, anak masih tetap memainkannya meski jam belajar secara daring sudah usai.

Tingginya waktu bermain gawai, menurut Herawati, akhirnya berdampak pada sifat anak yang lebih cenderung suka menyendiri. Kebiasaan itu juga mengubah anak menjadi ketergantungan atau yang biasa disebut dengan adiktif gawai.

"Anak jadi ketergantungan dan akhirnya bisa menjadi sibuk dengan gadget. Anak tidak memikirkan lingkungan sekitar, akhirnya pertumbuhan psikis, fisik maupun sosial terganggu karena tidak mau secara otomatis berinteraksi dengan yang lainnya," ucap dia.

Dengan hadirnya permainan tradisional seperti bakiak, gobak sodor, ataupun kelereng, menurut Herawati, anak dapat memiliki alternatif bermain yang lebih menarik dan mengasyikkan. Permainan tradisional yang lebih mengutamakan keintiman dengan teman bermain dan memfokuskan anak untuk berpikir strategi dan membangun kerja sama tim, kata dia, membuat tumbuh kembang anak menjadi semakin optimal.

"Dengan permainan tradisional pula, hubungan antara orang tua dan anak bisa semakin dekat karena akan banyak komunikasi yang terbangun, sehingga anak merasa bahagia dan lebih senang untuk aktif bermain," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement