Rabu 24 Aug 2022 15:56 WIB

Dulu Populer, Paranormal Activity Kini Ditinggal Penonton

Apa yang membuat film horor paling menguntungkan ini ditinggalkan oleh penonton?

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Film horor Paranormal Activity yang dulu populer kini ditinggalkan penonton. (ilustrasi)
Foto: Paramount/Blumhouse
Film horor Paranormal Activity yang dulu populer kini ditinggalkan penonton. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Saat pertama kali tayang pada 2007, film Paranormal Activity berhasil mencetak kesuksesan besar. Film berbiaya produksi rendah itu berhasil meraup untung besar-besaran.

Paranormal Activity memegang rekor sebagai film horor paling menguntungkan yang pernah dibuat dengan pendapatan 193 juta dolar AS (Rp 2,7 triliun). Padahal anggaran produksi film tersebut hanya 15 ribu dolar AS (Rp 211 juta).

Baca Juga

Namun setelah film keduanya dirilis, satu per satu komentar buruk datang dari kritikus hingga penonton. Berselang setelah 15 tahun dari film pertama, muncul Paranormal Activity: Next of Kin atau Paranormal Activity 7.

Dilansir di laman Game Rant, Rabu (24/8/2022), film ini juga mendapat ulasan buruk, bahkan menerima ulasan negatif dari produsernya sendiri yang merupakan pendiri rumah produksi Blumhouse Productions, Jason Blum. Dia menyebut film itu mengerikan. Pertanyaannya, apa yang salah dengan seri film ini?

Pertama kali dirilis, Paranormal Activity adalah film yang hampir diproduksi oleh satu orang. Mulai pembuat film, penulis, sutradara, merekam; semuanya dilakukan oleh sineas bernama Oren Peli. Plot berpusat di sekitar pasangan muda Katie dan Micah, yang mulai mengalami kejadian supernatural di rumah mereka.

Kejadian supernatural itu menjadi semakin intens dan mengerikan. Untuk membuktikan apa yang terjadi di sekitar mereka, pasangan itu mulai merekam apa yang terjadi di rumah mereka dengan kamera stasioner dan kamera genggam.

Kesuksesan film tersebut membuat penonton mengharapkan sekuelnya. Pada 2010, Paranormal Activity 2 dirilis hingga film berbahasa Jepang Paranormal Activity: Tokyo Night juga dirilis.

Film ketiga dan keempat dirilis, namun mereka dianggap hanya bermain aman sehingga filmnya terasa membosankan. Film keempat bahkan hanya berakhir dengan skor 23 persen di laman ulasan film Rotten Tomatoes. 

Meskipun demikian, film kelima dan keenam kembali dirilis. Lagi-lagi film keenam mendapat skor paling rendah sepanjang semua seri yakni hanya 14 di Rotten Tomatoes, tentunya semua seri film itu memberikan dampak buruk bagi financial semua pihak yang terlibat.

Belum menyerah, film ketujuh yang berdiri sendiri dirilis pada 2021 berjudul Paranormal Activity: Next of Kin. Film ini mengisahkan tentang kru pembuat dokumenter yang mencoba membuat film yang berpusat pada komunitas Amish yang terpencil. 

Tapi lagi-lagi, film ini hampir secara universal diterima dengan buruk. Ketika ditanya tentang waralaba tersebut dalam sebuah wawancara baru-baru ini, produser Blumhouse Productions, Jason Blum, menyebut film itu sebagai film yang mengerikan, dan mengatakan bahwa dia secara pribadi tidak akan membuat seri film itu lagi.

Dari seri kedua hingga keenam, Paranormal Activity memperlihatkan gerak yang terlalu jauh dari film pertama mereka. Hal itu tidak diragukan lagi telah merusak seri film itu dari waktu ke waktu.

Ide-ide baru memang harus diperkenalkan agar tetap segar, tetapi membuatnya terlalu berbelit-belit dan menariknya lebih jauh dari realisme yang menjadi dasarnya, justru hanya akan merusak efek keseluruhan dari seri filmnya. Apa yang membuatnya menakutkan dan menarik adalah aspek realistisnya, dan itulah yang hilang.

Beredar kabar film kedelapan sedang dibuat, namun ini membuat pertanyaan besar, apakah Paranormal Activity bisa kembali sukses seperti film pertamanya? Namun, tanpa kepercayaan dari kepala studio, tampaknya akan sulit bagi setiap pembuat film untuk mengambil keyakinan itu lagi. 

Banyak penonton berharap, jika film kelanjutannya sudah diberi lampu hijau, maka diharapkan mereka bisa mendapat dukungan dari Blum dan menyuntikkan kesegaran yang sangat dibutuhkan, serta ketakutan realistisnya juga bisa kembali dihadirkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement