REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas orang yang kemungkinan terinfeksi Covid-19 varian omicron tidak menyadari bahwa mereka tertular virus itu. Menurut sebuah penelitian, kondisi itu yang kemungkinan berperan dalam penyebaran cepat omicron.
Melansir dari laman NPR pada Sabtu (20/8/2022), para peneliti di sebuah organisasi kesehatan nirlaba yang berbasis di Los Angeles, Cedars-Sinai memeriksa status infeksi individu selama lonjakan omicron di AS. Omicron pertama kali terdeteksi pada November 2021, dan menjadi strain paling dominan dari Covid-19. Gejala umum omicron biasanya tidak parah dibandingkan varian lain, termasuk batuk, sakit kepala, kelelahan, sakit tenggorokan, dan pilek.
Studi ini menganalisis 2.479 sampel darah dari karyawan dewasa dan pasien di Cedars-Sinai Medical Center, sekitar waktu lonjakan varian omicron. Para peneliti menemukan dari 210 orang yang kemungkinan tertular varian omicron (berdasarkan antibodi dalam darah mereka), 56 persen tidak tahu bahwa mereka memiliki virus.
Mereka juga menemukan bahwa hanya 10 persen dari pasien yang tidak sadar itu melaporkan memiliki gejala yang berhubungan dengan flu biasa atau jenis infeksi lainnya. "Kami berharap orang-orang akan membaca temuan ini dan berpikir, 'Saya baru saja menghadiri pertemuan di mana seseorang dinyatakan positif' atau 'Saya baru saja mulai merasa tidak enak badan. Mungkin saya harus melakukan tes cepat’,” kata salah satu penulis studi tersebut, Susan Cheng.
Semakin baik memahami risiko diri sendiri, maka semakin baik melindungi kesehatan masyarakat dan juga diri sendiri. Cheng merupakan pemimpin Institute for Research on Healthy Aging di Departemen Kardiologi di Cedars-Sinai Smidt Heart. Temuan ini membantu peneliti memahami bagaimana omicron menyebar.
Menurut penelitian tersebut, kurangnya kesadaran bisa menjadi faktor utama dalam penularan virus yang cepat antarindividu. “Temuan penelitian kami menambah bukti bahwa infeksi yang tidak terdiagnosis dapat meningkatkan penularan virus,” ujar penulis pertama studi, yang menjabat sebagai peneliti di Cedars-Sinai, Sandy Y Young.
Young menjelaskan, tingkat kesadaran infeksi yang rendah kemungkinan berkontribusi pada penyebaran omicron yang cepat. Meskipun kesadaran di antara karyawan perawatan kesehatan sedikit lebih tinggi, tetapi para peneliti mengatakan itu tetap rendah secara keseluruhan. Para peneliti mengatakan studi lebih lanjut diperlukan yang melibatkan lebih banyak orang dari beragam etnis dan komunitas untuk mempelajari faktor spesifik apa yang terkait dengan kurangnya kesadaran akan infeksi.