Sabtu 20 Aug 2022 16:24 WIB

Dokter Ungkap Bahaya Terinfeksi Covid-19 Berkali-kali

Reinfeksi Covid-19 setidaknya bisa membawa lima risiko bahaya bagi kesehatan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Terinfeksi Covid-19 berkali-kali. (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Terinfeksi Covid-19 berkali-kali. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring munculnya beragam varian Covid-19, peluang terjadinya kasus infeksi ulang (reinfeksi) pun semakin besar. Bila terjadi, reinfeksi Covid-19 bisa membawa beberapa risiko masalah kesehatan lain bagi penderitanya.

Menurut spesialis penyakit menular dr J Wes Ulm, reinfeksi Covid-19 bisa membawa lima risiko bahaya bagi kesehatan. Berikut ini adalah kelima risiko tersebut, seperti dilansir laman Eat This Not That, Sabtu (20/8/2022):

Baca Juga

1. Long Covid

Dr Ulm mengungkapkan, virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, memiliki kemampuan untuk bermutasi dan menghasilkan varian baru lebih cepat dibandingkan perkiraan. Selain itu, infeksi SARS-CoV-2 juga membawa komponen risiko kumulatif. Semakin banyak seseorang terinfeksi, risiko mereka terhadap long Covid dan kerusakan jaringan atau organ yang lebih luas bisa semakin meningkat.

"Karena tiap serangan satu varian virus corona ini seperti lemparan dadu epidemiologis untuk potensi dampak jangka panjang," kata dr Ulm.

2. Dampak berlipat ganda

Anggap saja, risiko seseorang mengalami long Covid setelah terinfeksi SARS-CoV-2 adalah 10 persen. Setelah terkena satu kali Covid-19, seseorang memiliki kemungkinan 10 persen untuk mengalami gejala long Covid seperti kelelahan, brain fog, gangguan indra penciuman dan perasa, atau bahkan manifestasi lain yang lebih berat pada organ vital seperti jantung, ginjal, paru, atau hati. Ketika terkena Covid-19 untuk kedua kalinya, orang tersebut jadi memiliki risiko 20 persen.

"(Terinfeksi tiga kali) risiko long Covid menjadi 30 persen, dan begitu pula (serangan) yang keempat," jelas dr Ulm.

3. Kerusakan organ semakin besar

Setiap kali infeksi Covid-19 terjadi, risiko kerusakan organ dan jaringan akan ikut meningkat. Akumulasi kerusakan jaringan akibat infeksi Covid-19 berulang telah menjadi salah satu kekhawatiran para dokter dan ilmuwan, seiring dengan terus berlangsungnya mutasi virus dan semakin menurunnya imunitas.

4. Sulit terbentuk kekebalan kelompok

Menurut dr Ulm, membentuk kekebalan kelompok terhadap Covid-19 merupakan mimpi yang sulit diwujudkan. Kekebalan kelompok melalui infeksi alami dan vaksinasi mungkin bisa tercapai bila kasus reinfeksi jarang terjadi, tidak berat, dan terbatas. Akan tetapi, kasus reinfeksi yang muncul belakangan ini menunjukkan hal sebaliknya.

"SARS-CoV-2 sangat licik dan mampu beradaptasi serta menghindari perlindungan dari imun," ujar dr Ulm.

5. Tak ada imunitas dari BA.5

Infeksi alami Covid-19 biasanya akan memberikan kekebalan untuk sementara waktu. Akan tetapi, hal ini tampak tidak terjadi pada kasus Covid-19 akibat subvarian Omicron BA.5. Subvarian Omicron BA.5 justru diketahui banyak memicu terjadinya kasus reinfeksi pada orang-orang yang pernah terinfeksi oleh varian lain.

"Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa serangan Covid-19 berulang bisa menurunkan proteksi imunitas secara umum," ujar dr Ulm.

Dr Ulm mengatakan, ada mekanisme yang belum dipahami yang dapat menghambat respons limfosit darah pada kasus infeksi Covid-19 berulang. Padahal respons ini berperan dalam menyusun dan mengoordinasikan pertahanan biologis di dalam tubuh.

Yang perlu diterapkan

Berkaitan dengan risiko-risiko ini, dr Ulm mengatakan pemberian booster berkala dan revaksinasi akan menjadi penting. Mungkin, pemberian vaksin Covid-19 akan mirip seperti vaksin flu yang perlu diulang secara berkala.

Masyarakat juga diimbau untuk tetap waspada ketika berkumpul di keramaian, khususnya di dalam ruangan. Penerapan protokol kesehatan, melakukan disinfeksi dengan sinar uv, hingga menjaga ventilasi udara yang baik di ruang tertutup juga perlu diimplementasikan di mana saja.

Selain orang dewasa, dr Ulm mengimbau agar risiko reinfeksi pada anak juga patut diwaspadai. Alasannya, varian-varian baru tampak lebih berisiko bagi anak dibandingkan varian-varian Covid-19 sebelumnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement