Sabtu 20 Aug 2022 12:15 WIB

Risiko Anda Terkena Kanker Tinggi Apabila Masih Melakukan Hal Ini

Hentikan kebiasaan buruk yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Hal-hal yang membuat risiko kanker menjadi tinggi. (Ilustrasi)
Foto: AP
Hal-hal yang membuat risiko kanker menjadi tinggi. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker menjadi penyebab utama kematian kedua setelah penyakit jantung. Meskipun tidak ada kanker yang dapat dicegah secara total, ada beberapa cara untuk membantu mengurangi risikonya secara signifikan.

Faktor-faktor seperti usia dan riwayat keluarga adalah hal-hal yang tidak dapat diubah. Yang bisa diubah yaitu yang berkaitan dengan gaya hidup seperti menghentikan kebiasaan buruk yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker.

Baca Juga

Seorang perawat di The Mesothelioma Center, Sean Marchese, dengan latar belakang uji klinis onkologi dan lebih dari 15 tahun pengalaman perawatan pasien kanker secara langsung, berbagi tentang cara membantu menghindari kanker. Berikut uraiannya seperti dilansir laman Eat This Not That, Jumat (19/8/2022):

1. Merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol

Sejak 1960-an, merokok telah menjadi penyebab utama kanker paru-paru di Amerika Serikat. "Penggunaan tembakau meningkatkan risiko 14 jenis kanker dan menyumbang 25 hingga 30 persem dari semua kematian akibat kanker,” kata Marchese.

Meskipun belum ada penjelasan pasti bagaimana tembakau menjadi penyebab kanker, namun sudah diketahui bersama bahwa tembakau mengandung setidaknya 50 karsinogen. Laporan pertama tentang minuman beralkohol yang terkait dengan kanker, diterbitkan pada 1910. “Kita tahu konsumsi alkohol merupakan faktor risiko kanker rongga mulut, saluran pencernaan, saluran pernapasan, hati, pankreas, dan payudara,” kata dia.

2. Pilihan diet yang buruk

Marchese mengatakan, hampir 70 persen kasus kanker kolorektal dan sekitar sepertiga dari semua kematian akibat kanker, disebabkan oleh pola makan. Karsinogen ada dalam makanan dari bahan tambahan atau metode memasak termasuk nitrat, nitrosamin, pestisida, dan dioksin.

Makan daging merah dalam jumlah besar bisa meningkatkan risiko kanker, termasuk prostat, kandung kemih, payudara, perut, pankreas, dan mulut. Aditif dalam makanan olahan, seperti lemak trans dan gula halus, juga dikaitkan dengan beberapa jenis kanker. Kebanyakan orang mungkin tidak perlu mengubah seluruh pola makan, tetapi membuat pilihan makanan yang lebih cerdas dan mencari bahan yang bermasalah pada label, bisa secara signifikan mengurangi risiko kanker.

3. Obesitas

Marchese mengingatkan, kurangnya aktivitas disertai pola makan yang buruk secara signifikan berkontribusi terhadap obesitas, dan obesitas ini meningkatkan risiko beberapa jenis kanker. American Cancer Society telah menghubungkan obesitas dengan kanker usus besar, payudara, endometrium, ginjal, esofagus, pankreas, kandung empedu, dan hati. Obesitas berkontribusi pada antara 14 dan 20 persen kematian akibat kanker di Amerika Serikat.

4. Paparan radiasi

“Sinar UV dari matahari adalah bentuk paling umum dari paparan radiasi, dan hingga 10 persen kanker dapat disebabkan oleh radiasi,” ujar Marchese menjelaskan. 

Kanker yang disebabkan oleh radiasi adalah leukemia, limfoma, tiroid, kulit, sarkoma, paru-paru, dan kanker payudara. Kanker kulit, seperti karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan melanoma, adalah bahaya signifikan dari paparan sinar matahari yang berkepanjangan.

5. Risiko infeksi tinggi

Marchese mengatakan, sekitar 18 persen kanker di seluruh dunia terkait dengan infeksi. Persentase ini lebih tinggi di daerah berkembang, seperti beberapa negara Afrika. Virus, seperti human papillomavirus, virus Epstein Barr, dan HIV, bertanggung jawab atas sebagian besar kanker yang disebabkan oleh infeksi.

Di negara yang lebih maju, human papillomavirus dan virus Hepatitis B adalah sumber paling umum dari kanker yang disebabkan oleh infeksi. Vaksin tersedia untuk kedua jenis virus itu, dan laporan telah menunjukkan penurunan drastis risiko kanker yang terkait dengan virus ini pada individu yang divaksinasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement