REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada cukup banyak orang yang sulit menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance. Namun, tak semua orang bisa mengenali tanda-tanda bila work-life balance mereka terganggu.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Grand Canyon University terhadap 600 orang pebisnis menemukan bahwa lebih dari 50 persen responden bekerja lebih dari 40 jam per pekan. Survei ini juga menemukan bahwa 63,3 persen pebisnis bekerja setidaknya lima jam di akhir pekan.
Hal ini juga didukung oleh semakin jarangnya orang bekerja dan pulang tepat waktu. Kebanyakan, para pekerja menjalani jam kerja yang lebih panjang sehingga mereka memiliki lebih sedikit waktu untuk kehidupan pribadi.
Menurut GOBankingRates, ada delapan tanda yang dapat mengindikasikan bahwa seseorang perlu memperbaiki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan mereka. Berikut ini adalah delapan tanda tersebut, seperti dilansir KYW News Radio, Kamis (18/8/20222):
1. Kurang tidur
Jam kerja yang panjang dapat membuat orang-orang harus merelakan jam tidur mereka. Padahal, kurang tidur bisa membawa pengaruh buruk bagi kesehatan tubuh dan juga performa pekerjaan. Menurut studi dalam jurnal Nature Aging, durasi tidur yang dapat membawa manfaat adalah sekitar tujuh hingga delapan jam per malam.
2. Burn out
Stres yang berlebihan dan berlangsung dalam jangka panjang bisa memunculkan kelelahan emosional, fisik, dan mental. Kondisi ini dikenal pula sebagai burn out.
Bagi pekerja, ada banyak faktor yang bisa memicu terjadinya burn out. Sebagian di antaranya adalah tuntutan untuk bisa dihubungi setiap saat dan lingkungan kerja yang tak sehat atau toxic.
Merasa terhubung dengan pekerjaan merupakan hal yang baik. Namun, memasang target dan ekspektasi yang tak realistis bisa menjadi bumerang.
3. Tak mengambil jeda istirahat
Setiap orang berhak untuk mendapatkan waktu istirahat, meski hanya sekedar duduk santai di bangku. Jeda istirahat bisa meringankan stres sekaligus menyegarkan pikiran di sela-sela pekerjaan. Bila seseorang merasa bahwa dirinya tak bisa mengambil jeda libur meski hanya satu hari, itu menandakan bahwa pekerjaan telah menyita kehidupannya terlalu banyak.
4. Melewatkan momen
Memiliki waktu yang berkualitas dengan keluarga atau orang terkasih merupakan hal yang juga patut diperjuangkan. Namun, orang yang tak memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan biasanya kerap melewatkan momen-momen berharga bersama orang-orang terdekat karena harus meluangkan lebih banyak waktu untuk bekerja.
5. Masalah kesehatan
Terlalu memaksakan diri dalam bekerja bisa memicu masalah kesehatan, baik pada fisik maupun mental. Ketika hal ini terjadi, sudah saatnya untuk mulai mengevaluasi kembali situasi pekerjaan yang dihadapi. Luangkan waktu untuk bisa merawat diri sendiri di tengah padatnya aktivitas.
6. Bekerja saat liburan
Bekerja dan liburan sebenarnya merupakan dua hal yang sepatutnya tak dilakukan bersamaan. Ketika sudah waktunya berlibur, cukup nikmati momen yang ada dan jauhi pikiran mengenai pekerjaan.
7. Merasa tidak cukup
Menurut survei, sekitar 30 persen pebisnis mengungkapkan bahwa hal yang membuat mereka sulit untuk menciptakan keseimbangan pekerjaan dan kehidupan adalah perfeksionisme. Keinginan untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin merupakan hal yang normal. Namun, keinginan tersebut tak harus dicapai dengan mengorbankan kesejahteraan diri.
8. Sulit bahagia
Bagian penting dalam menciptakan keseimbangan pekerjaan dan kehidupan adalah memiliki kepuasan akan pekerjaan dan juga kehidupan. Bila seseorang tak merasa bahagia saat di rumah atau di kantor, berarti ada hal yang perlu diubah. Coba tuliskan harapan-harapan pribadi dan profesional yang ingin diraih, evaluasi situasi yang ada, dan pahami apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki keduanya.