REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Omicron BA.5 memiliki keunggulan soal mutasi dibandingkan "spin-off" varian omicron sebelumnya. Seperti yang dikatakan Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, dr Anthony Fauci, omicron BA.5 secara substansial menghindari antibodi penetral yang diinduksi pada orang dengan vaksinasi dan infeksi.
Hal itu tercermin dalam angka, di mana lebih dari tiga juta warga Inggris diperkirakan memiliki gejala Covid-19 subvarian tersebut. Dengan kumpulan infeksi yang semakin meluas, artinya kasus long Covid juga meningkat. Long Covid menggambarkan gejala yang bertahan lama setelah infeksi awal hilang.
"Gejala long Covid bisa bertahan lebih dari setahun dan berpotensi permanen," ujar British Medical Journal (BMJ) seperti dilansir laman Express, Sabtu (6/8/2022).
Salah satu tanda bahaya umum dari long Covid ketika kasus omicron meningkat adalah kelelahan. Hal itu tercatat dari analisis data yang dilaporkan sendiri ke aplikasi Covid ZOE Inggris.
Karena gelombang omicron jauh lebih banyak yang terinfeksi dibandingkan saat delta, maka jumlah total dengan long Covid akan lebih tinggi. Pada Juni, Badan Pusat Statistik (BPS) setempat memperkirakan jumlah orang yang mengalami long Covid meningkat dari 1,3 juta pada Januari 2022 menjadi dua juta orang pada 1 Mei 2022.
Peneliti utama Claire Steves mengatakan, varian omicron tampaknya secara substansial lebih kecil kemungkinannya menyebabkan long Covid dibandingkan varian sebelumnya. Namun ternyata, satu dari 23 orang yang tertular Covid-19 terus memiliki gejala selama lebih dari empat pekan.
“Mengingat jumlah orang yang terkena dampak, penting bagi kami untuk terus mendukung mereka di tempat kerja, di rumah, dan di dalam National Health Services (NHS)," kata NHS.