Kamis 04 Aug 2022 03:50 WIB

Dokter di Bali Berhasil Lakukan Operasi Otak tanpa Bedah Kepala

Operasi otak tanpa bedah kepala dilakukan pada anak berusia empat tahun

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Otak manusia (Ilustrasi). Dokter di Bali berhasil melakukan operasi otak perdana tanpa membedah atau membongkar kepala pasien.
Foto: Pixabay
Otak manusia (Ilustrasi). Dokter di Bali berhasil melakukan operasi otak perdana tanpa membedah atau membongkar kepala pasien.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Ngoerah atau yang sebelumnya dikenal sebagai RSUP Sanglah di Bali berhasil melakukan operasi otak perdana tanpa membedah atau membongkar kepala pasien.

"Sebenarnya tindakan ini namanya stereotactic surgery, operasi khusus kelainan-kelainan di otak yang letaknya dalam sehingga kalau operasi biasa menuju ke sana merusak banyak tempat," kata dokter spesialis bedah saraf RSUP Prof Ngoerah, Sri Maliawan, di Denpasar, Rabu (3/8/2022).

Baca Juga

Pada operasi perdana ini, tim bedah RSUP Prof Ngoerah menyelamatkan seorang pasien anak-anak berusia empat tahun yang dirujuk dari Indonesia bagian timur. Di kepalanya, pada titik yang dalam dan melewati bagian-bagian otak terpenting, terdapat nanah.

"Dengan teknik stereotactic surgery tersebut kita bisa menjangkau lokasi nanah yang dalam di bagian otak dengan aman dengan bukaan tulang yang sangat kecil," kata Sri.

Apabila dilakukan metode operasi otak pada umumnya, dokter harus membedah kepala dan akan muncul potensi salah lokasi. Sedangkan alat yang digunakan di RSUP Prof Ngoerah mampu mengukur jalan paling aman ke sasaran.

Sri menyebut metode stereotactic surgery adalah metode operasi masa depan. Hampir seluruh rumah sakit di luar Bali menerapkannya. Taktik ini dikatakan sebagai cikal bakal untuk nantinya berkembang pesat di dunia kesehatan. "Mudah-mudahan ini merangsang di rumah sakit dipasang stereotactic dengan demikian RSUP Prof Ngoerah jadi one stop service sehingga tak perlu dikirim ke mana-mana untuk kelainan seperti itu. Dan untuk di Bali jadi rujukan, sehingga untuk kasus gangguan pergerakan atau movement disorder tidak perlu jauh ke Surabaya atau Jakarta," ujar Sri.

Menurut dia tak sedikit kasus yang membutuhkan metode ini. Namun karena keterbatasan alat maka ditentukan skala prioritas. Dengan adanya tambahan bantuan ini, Sri berharap ke depan metode ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin demi pasien, bahkan muncul harapannya agar Stereotactic Surgery menjadi bagian dari tanggungan BPJS Kesehatan.

Pada operasi stereotactic surgery yang berlangsung di Denpasar itu, tim bedah syaraf RSUP Prof Ngoerah mampu menyelesaikannya dalam waktu 30 menit, dengan tambahan dua jam waktu persiapan. Tahapan pertama yaitu persiapan alat stereotactic surgery dan pembiusan, selanjutnya pemasangan rangka di kepala pasien dan CT Scan.

Dari hasil CT Scan, tim dokter memantau koordinat sasaran yang dituju. Kemudia dilakukan perencanaan jalur masuknya alat dan setelah itu operasi otak dilakukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement