REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kondisi long Covid atau istilah untuk menggambarkan dampak berkepanjangan dari infeksi Covid-19, sering dikaitkan dengan kondisi kelelahan dan kabut otak. Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa gejalanya lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya.
Gejala yang sebenarnya umum tapi jarang diketahui itu termasuk kerontokan rambut dan kehilangan libido, serta disfungsi ereksi pada pria. Penelitian memeriksa catatan kesehatan anonim dari sekitar 2,4 juta orang di Inggris.
Peneliti menemukan pasien yang memiliki catatan infeksi Covid-19 melaporkan sekitar 62 gejala lebih sering 12 pekan setelah infeksi awal daripada mereka yang tidak memiliki catatan infeksi. Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Birmingham, bersama dokter dan peneliti di seluruh Inggris, mempelajari 486.149 orang dengan infeksi sebelumnya, melawan 1,9 juta orang tanpa indikasi memiliki virus corona.
Gejala persisten yang ditemukan oleh para peneliti dibagi menjadi tiga kategori yakni pernapasan, kesehatan mental dan kognitif, dan gejala yang lebih luas. Hal yang paling umum adalah hilangnya indera penciuman, sesak napas, nyeri dada, dan demam.
Namun beberapa gejala umum yang sejauh ini belum banyak dikaitkan dengan long Covid yaitu disfungsi ereksi, kehilangan libido, rambut rontok, dan bersin. Temuan mengejutkan lainnya termasuk amnesia, apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan gerakan atau tindakan yang sudah dikenal), kehilangan kontrol usus, halusinasi, dan pembengkakan anggota badan.
"Penelitian ini memvalidasi apa yang pasien katakan kepada dokter dan pembuat kebijakan selama pandemi bahwa gejala long Covid sangat luas dan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh faktor lain seperti faktor risiko gaya hidup atau kondisi kesehatan kronis," kata Shamil Haroon, Associate Clinical Professor Kesehatan Masyarakat di University of Birmingham, sekaligus penulis senior studi tersebut seperti dikutip dari laman Euro News, Selasa (26/7/2022).
Siapa yang paling berisiko?
Studi ini juga menganalisis data demografis untuk melihat siapa yang paling berisiko terkena Covid dalam jangka panjang. Temuan menunjukkan bahwa perempuan dan usia muda lebih berisiko. Selain itu juga mereka yang termasuk dalam kelompok etnis kulit hitam, campuran, atau lainnya.
Selanjutnya, orang-orang dari latar belakang sosial ekonomi rendah, perokok, orang yang kelebihan berat badan atau obesitas, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan lainnya. Sebanyak satu dari empat anak yang bergejala ditemukan terkena Covid dalam waktu lama. Analisis data tentang faktor risiko sangat menarik karena membantu peneliti mempertimbangkan apa yang berpotensi menyebabkan atau berkontribusi pada Covid berkepanjangan.
Anuradhaa Subramanian, seorang peneliti di University of Birmingham dan penulis utama makalah tersebut, mengatakan bahwa sifat-sifat tertentu yang dapat dimodifikasi seperti merokok dan obesitas menempatkan orang pada peningkatan risiko berbagai penyakit dan kondisi, termasuk long Covid.
“Akan tetapi, yang lain seperti jenis kelamin biologis dan etnis juga tampaknya penting,” kata dia.
Perempuan lebih mungkin untuk mengalami penyakit autoimun. Melihat peningkatan kemungkinan perempuan memiliki long Covid, peneliti memeriksa autoimunitas atau penyebab lain dapat menjelaskan peningkatan risiko pada wanita.
Sebanyak 40 persen dari mereka yang terinfeksi Covid-19 dapat mengembangkan gejala persisten lama setelah penyakit awal. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS, hampir satu dari lima orang dewasa AS yang memiliki Covid-19 masih memiliki gejala berkepanjangan.