REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Jarang ada film yang mendapat rating nol persen di laman ulasan Rotten Tomatoes. Namun, ada satu film horor yang mendapatkannya, yaitu The Gallows: Act II yang dirilis pada 2019.
Sinema arahan sutradara Chris Lofing dan Travis Cluff itu merupakan sekuel dari The Gallows (2015). Film pertamanya saja sudah menunjukkan tanda-tanda penerimaan kurang baik. The Gallows hanya mendapat penilaian kurang dari 5/10 di IMDb dan 14 persen di Rotten Tomatoes, bersama dengan skor audiens sebesar 22 persen. Sekuelnya ternyata lebih tidak disukai dan dianggap tak perlu dibuat.
Meski skor dari audiens sebesar 30 persen, The Gallows: Act II tetap saja menunjukkan hasil mengecewakan. Genre found footage yang diusung, yakni mengandalkan teknik pengambilan gambar yang menampilkan karakter utama lewat sebuah kamera genggam atau kamera keamanan rupanya tidak mengesankan pencinta horor.
Kritikus mengharapkan plot dan karakter yang lebih orisinal dengan watak dan motivasi berbeda. Dalam film pertama, para remaja memainkan drama di sekolah menengah mereka, yang dihantui oleh arwah Charlie Grimille (Jesse Cross), seorang siswa yang meninggal saat membintangi drama itu bertahun-tahun sebelumnya.
Film pertama dibuat hanya dengan 100 ribu dolar AS dan meraup 42,96 juta dolar AS, menurut data Box Office Mojo. Pada film kedua, Auna Rue (Ema Horvath) ingin menjadi seorang aktris. Ketika dia menjadi bagian dari video viral, dia menyadari bahwa ada hantu jahat menerornya.
Sekuelnya dinilai membosankan dengan premis berulang, sebab gagasan tentang drama yang dihantui bukanlah hal baru. Film Macbeth adalah contoh yang paling terkenal. Jika sebuah film hendak mengusung ide itu, perlu ada terobosan yang baru dan segar.
The Gallows: Act II juga bukan salah satu film horor besutan Blumhouse Productions yang paling populer dan tidak sering disebutkan dalam diskusi tentang rilis horor. Bisa dibilang tidak ada yang membuatnya menonjol, bahkan tak ada satu pun karakter yang menarik atau konsep yang membuat orang ingin terus menonton.
Hal paling penting dari film horor, yakni adegan menakutkan juga tidak ada, hanya jump scare (teknik mengagetkan) yang tidak berfungsi dengan baik. Cara The Gallows: Act II terhubung ke film pertama cukup ganjil. Karakter utamanya mencari tahu tentang drama yang membunuh Charlie.
Dia ingin tahu lebih banyak dan merasa bahwa itu adalah misteri yang menarik dan mengasyikkan. Tidak masuk akal bahwa Auna akan menjadi begitu tertarik pada cerita ini, karena tampaknya lebih mungkin bahwa seseorang akan mengabaikannya dan melanjutkan hidup mereka.
Agar berhasil, sebuah film horor setidaknya harus terasa sedikit mengerikan, serta membutuhkan karakter utama yang disukai penonton. Kalaupun tokoh itu tidak disukai, perlu digambarkan dengan cukup baik sehingga penonton tahu siapa mereka dan memahami motivasi dan alasan mereka berperilaku.
Semua elemen tersebut tidak ada dalam film. Penggemar juga sepakat bahwa sekuel ini memiliki akhir cerita buruk karena dimaksudkan untuk menjelaskan peristiwa di kedua film. Sayangnya, semua malah terasa membingungkan, dikutip dari laman Game Rant, Sabtu (23/7/2022).