Selasa 19 Jul 2022 01:02 WIB

Sembelit dan Diare Sering Diabaikan Sebagai Tanda Awal Kanker Usus Besar

Kanker usus besar termasuk jenis yang tidak menimbulkan gejala di tahap awal.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Kanker usus besar termasuk jenis yang tidak menimbulkan gejala di tahap awal.
Foto: www.freepik.com.
Kanker usus besar termasuk jenis yang tidak menimbulkan gejala di tahap awal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker kolon atau usus besar adalah salah satu penyakit mematikan dengan gejala yang seringkali sulit disadari. The Colorectal Cancer Alliance memperkirakan bahwa 52.580 orang akan meninggal akibat kanker usus besar pada tahun 2022. Yang lebih menakutkan adalah bahwa jenis kanker ini mungkin tidak menimbulkan gejala pada awalnya, sehingga orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka mengidapnya.

Gejala yang dimaksud antara lain mual dan muntah, pendarahan dubur, gangguan pencernaan, dan berbagai jenis nyeri. Dokter penyakit dalam di Brigham and Women’s Hospital, Eva Shelton, menjelaskan bahwa sembelit dan diare dapat menandakan sejumlah masalah, tetapi karena gejalanya sangat umum, itu seringkali diabaikan.

Baca Juga

Shelton menjelaskan bahwa jika kanker mempengaruhi fungsi usus besar, itu dapat menyebabkan diare. Sembelit juga bisa menjadi tanda kanker. "Usus besar juga merupakan saluran keluarnya feses dari tubuh, dan ketika ada massa (kanker) yang menghalangi, maka pasien bisa mengalami sembelit," kata Shelton seperti dilansir dari BestLife, Selasa (19/7/2022).

Karena masalah seperti diare dan sembelit sering terjadi, penting untuk mengetahui kapan harus berkonsultasi dengan dokter. Secara umum adalah ide yang baik untuk memeriksakan ke dokter saat mengalami gejala tersebut secara berulang atau terus menerus.

“Ada beberapa tes diagnostik yang dapat mereka lakukan untuk menentukan penyebab gejala mereka. Atau sebagai pencegahan, skrining rutin seperti kolonoskopi atau tes tinja sejak usia 45 tahun sangat disarankan,” jelas Shelton.

American Cancer Society (ACS) menjelaskan bahwa sebagian besar kanker kolorektal dimulai dengan pertumbuhan polip pada lapisan dalam rektum atau usus besar. Namun demikian, tidak semua polip akan berkembang menjadi kanker.

Polip dapat bersifat adenomatosa (adenoma dianggap pra-kanker, karena terkadang menjadi kanker); hiperplastik dan inflamasi (hal ini umum terjadi tetapi umumnya tidak bersifat pra-kanker); sessile serrated polyps (SSP) dan traditional serrated adenomas (TSA), yang sering diperlakukan sebagai adenoma, karena mereka memiliki risiko lebih besar terkena kanker kolorektal.

National Cancer Institute (NCI) mencatat bahwa bukan hanya orang tua yang berisiko tinggi terkena kanker ini, namun juga anak muda. Sejak 1990-an, angka kasus kolorektal terus meningkat di antara orang dewasa yang kurang dari 50 tahun.

“Peningkatan yang cepat ini sangat membingungkan karena tingkat kanker kolorektal telah merosot di antara orang dewasa yang lebih tua, sebagian besar karena kolonoskopi reguler dan tingkat merokok yang lebih rendah," tulis NCI.

Faktor risiko lain untuk penyakit ini termasuk faktor gaya hidup tertentu seperti diet rendah serat, diet tinggi lemak, dan kondisi seperti penyakit inflamasi, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement