REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Anda termasuk orang yang suka overthinking? Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Nida UI Hasanat, mengatakan bahwa overthinking dalam kajian psikologi dimaknai sebagai cara berpikir yang berlebihan dan mengarah negatif.
Hanya saja, istilah ini mengalami pergeseran makna di masyarakat karena overthinking populer diartikan sebagai pemikiran berlebihan saja. Padahal, overthinking sebenarnya terjadi ketika memikirkan hal-hal yang belum terjadi.
Misalnya, mahasiswa mengalami kecemasan dan ketakutan saat akan presentasi. Ada pikiran negatif atau tidak percaya diri saat presentasi atau menganggap suaranya jelek sehingga materi tidak bisa tersampaikan, takut dinilai jelek, dan lainnya.
"Kecemasan dan ketakutan akan hal-hal yang belum terjadi maupun masa depan ini muncul karena orang itu overthinking," kata Nida, Selasa (12/7/2022).
Nida menyampaikan, overthinking dapat berdampak bagi kesehatan mental. Salah satunya stres karena otak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum pasti secara berlebihan.
Bila itu berlanjut maka akan berisiko kepada gangguan mental. Jika overthinking mendominasi kehidupan, maka akan menjadikan orang yang mengalaminya terdistorsi karena tidak berada dalam realitas.
"Karena orang tidak bisa lagi membedakan antara realitas dengan yang sebenarnya baru ada dalam pikiran," ujar Nida.