REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah anak pertama lahir, pasangan suami istri punya "gelar" dan peran baru, yaitu menjadi ayah dan ibu. Dari sisi psikologis, perubahan drastis itu bisa saja membuat sebagian orang tidak siap sehingga perlu edukasi mengenai proses transisinya.
Ada kalanya seseorang kesulitan mengenal dirinya sendiri ketika menjadi orang tua. Psikolog Fathya Artha yang merupakan pendiri @ibupunyamimpi memaparkan memang ada beberapa poin penting perubahan peran individu dewasa hingga menjadi orang tua.
"Ketika kita menjadi orang tua, sebenarnya kita tidak meninggalkan identitas diri kita yang lama, namun kita menambah nilai baru atau memperkaya identitas diri," ungkap Fathya pada salah satu webinar yang digelar oleh aplikasi Tentang Anak.
Fathya mengulas, transisi kehidupan dewasa pada umumnya ialah lulus kuliah, bekerja, menikah, dan punya anak. Konstruksi sosial membuat peran menjadi orang tua seolah-olah menjadi tujuan akhir yang terjadi secara alamiah, padahal setiap transisi kehidupan butuh persiapan.
Baik ayah maupun ibu mengalami perubahan dan penyesuaian saat menjadi orang tua baru. Itu bisa mencakup rutinitas (termasuk jam tidur), gaya hidup, tanggung jawab, pertemanan, dan kehidupan sosial. Penyesuaian struktur otak pun membuat seseorang menjadi lebih empatik, serta ada lonjakan "hormon cinta" oksitosin, juga perubahan prioritas dan preferensi.
Dampak perubahan dalam diri orang tua bisa memicu rasa lelah, rasa terisolasi, kebingungan, dan lebih mudah merasa cemas. Pun perubahan dinamika hubungan dan kepuasan terhadap pernikahan, merasa jauh dengan diri sendiri, meningkatnya kemampuan berempati dan memaknai sesuatu dapat pula terjadi.
Fathya membagikan cara untuk bisa "berkenalan" kembali dengan diri setelah menjadi orang tua, yakni dengan menyelaraskan pola pikir bahwa menjadi orang tua bukan mengganggu identitas yang sudah ada. Orang tua juga didorong berlatih lagi supaya nyaman berbicara dengan diri sendiri.