Tim peneliti mencatat bahwa meskipun temuan ini menunjukan puasa intermiten sangat bermanfaat, tetapi tidak boleh dianggap sebagai cara untuk mengganti vaksin. Terlebih lagi, pasien yang termasuk dalam penelitian ini telah mengikuti pola makan selama bertahun-tahun, bukan berminggu-minggu.
Bahkan, sebagian besar peserta mengatakan bahwa mereka telah mempertahankan kebiasaan makan itu selama kurang lebih 40 tahun. Siapa pun yang mempertimbangkan untuk mengubah kebiasaan diet mereka harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Dokter Horne menambahkan pola itu juga harus dievaluasi lebih lanjut untuk potensi penggunaan pencegahan atau terapeutik jangka pendek dan jangka panjang sebagai pendekatan pelengkap untuk vaksin dan terapi anti-virus untuk mengurangi keparahan Covid-19.