REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 telah meningkat di 110 negara, menurut pemantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di Inggris saja, data pemerintah melaporkan lonjakan kasus sebesar 30,3 persen untuk pekan yang berakhir pada 19 Juni. Kebanyakan penderita mengalami gejala sakit kepala.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah mengonfirmasi bahwa BA.4 dan BA.5 sekarang menjadi strain yang dominan di Inggris. Versi omicron ini dianggap lebih menular, namun sama ringannya dengan varian sebelumnya.
Aplikasi ZOE Covid Study melaporkan gejala yang paling banyak diderita, terlihat pada 69 persen kontributor mereka. Gejala tersebut adalah sakit kepala. Lalu, apa yang bisa membedakannya dengan sakit kepala biasa?
Dilansir dari laman Express, Jumat (1/7/2022), gejala tradisional Covid-19 adalah demam, batuk, dan kehilangan atau perubahan penciuman dan pengecapan. Ketika sakit kepala muncul, ada beberapa petunjuk yang menahan sakit kepala Covid-19, termasuk gejala sedang hingga sangat menyakitkan. Sakit kepala juga ditandai dengan perasaan berdenyut, menekan, atau menusuk.
Sakit kepala juga terjadi di kedua sisi kepala, bukan di satu area. Sakit kepala berlangsung selama lebih dari tiga hari. Sakit kepala menjadi resisten terhadap obat penghilang rasa sakit biasa.
Tanda sakit kepala ini cenderung muncul di awal penyakit. Beberapa penderita Covid-19 dapat didera sakit kepala lebih lama sejak infeksi awal karena tanda ini juga merupakan ciri khas long Covid.
"Data kami menunjukkan bahwa sakit kepala ini sering datang dan pergi, tetapi untungnya mereka berangsur-angsur berkurang seiring waktu," jelas ZOE.