REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dipicu oleh terputusnya suplai darah ke otak, strok perlu segera mendapat penanganan medis Semakin cepat penderitanya menerima perawatan, semakin sedikit kerusakan yang mungkin terjadi.
Seorang warga AS, Elizabeth Gilberg (50 tahun), mengaku telah mengalami gejala "mengerikan" yang mendahului strok di awal usia 30-an. Kala itu, suaminya segera menghubungi kontak darurat.
Elizabeth mengalami kondisi menakutkan dua pekan setelah melahirkan anak keempatnya yang diberi nama Grace. Gejala pertama yang muncul dalam kasusnya adalah sakit kepala yang terasa tak tertahankan.
Elizabeth terbangun dengan rasa sakit ini suatu pagi di awal November 2021. Setelah mengantar anak-anaknya yang lain ke sekolah, dia menelepon suaminya untuk mengabarkan kondisinya.
Suami Elizabeth baru saja membuka praktik sebagai dokter keluarga di kampung halaman baru mereka di Columbia Falls, Montana, AS. Elizabeth bercerita tentang sakit kepala dan itu hal terakhir yang dia ingat.
Selain sakit kepala, Elizabeth juga mengalami gangguan bicara dan lengannya tidak bisa diangkat. Ketika Elizabeth tidak dapat dikontak lagi, dia kembali ke rumah untuk memeriksa sang istri.
Elizabeth rupanya sedang duduk di lantai dengan Grace di lengan kanannya, sementara lengan kirinya terkulai. Dia cuma bisa berbicara perlahan dengan terbata-bata. Sang suami pun mengenalinya sebagai gejala strok dan segera meminta bantuan.
Tanda-tanda yang tepat mungkin berbeda dari orang ke orang berdasarkan bagian otak yang terpengaruh, tetapi umumnya keluhan datang tiba-tiba. Elizabeth telah mengalami dua strok, satu di setiap sisi otaknya.
Darah yang mengalir keluar dari otak Elizabeth telah mundur, memicu pembekuan di pembuluh darah utama ke otaknya Kondisi ini dikenal sebagai trombosis sinus dural yang ditandai dengan peningkatan kecenderungan untuk menggumpal dan dapat terjadi karena kehamilan.
"Saya sangat bersyukur bahwa saya masih di sini untuk memiliki semua kegembiraan ini setiap hari. Saya tidak pernah berpikir saya akan melihat anak-anak saya lulus SMA," ungkap Elizabeth kepada American Heart Association News Stories, seperti dilansir dari laman Express, Kamis (16/6/2022).