REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani menilai munculnya subvarian omicron BA.4 dan BA.5 masih misteri. Subvarian ini perlu diinvestigasi karena dikhawatirkan bisa menghindari antibodi yang sudah terbentuk.
"Kita tidak tahu wajah Covid-19 selanjutnya seperti apa. Kebetulan ada varian baru dari jenis yang sama yaitu omicron tetapi dengan tipe yang berbeda," ujar Laura saat dihubungi Republika, Rabu (15/6/2022).
Dengan kondisi sub varian BA.4 dan BA.5 telah memasuki Indonesia, Laura merekomendasikan adanya investigasi terkait subvarian ini, termasuk mencari tahu kemunculan varian baru ini berkaitan dengan peningkatan kasus dengan kemuculannya. Sebab, Laura mengingatkan kini sudah banyak orang yang punya kekebalan tubuh untuk menghadapi Covid-19, baik yang sudah mendapatkan vaksin maupun orang yang terinfeksi natural.
"Kemudian, memunculan subvarian baru dikhawatirkan bisa menghindari antibodi. Artinya antibodi tidak mengenal sub varian ini," katanya.
Laura mewanti-wanti subvarian ini masih bisa berkembang walaupun sudah memiliki antibodi. Untuk mencegah penularan sub varian ini, Laura menegaskan caranya tak bisa mengandalkan vaksin saja melainkan juga dikombinasikan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
"Prokes kan tidak melihat apakah varian baru atau varian lama, penerapannya bisa mencegah penularan. Karena prokes bisa mencegah semua varian, baik yang baru atau lama," ujarnya.