REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ibu menjadi viral di media sosial setelah melakukan metode persalinan free birth di laut. Mengetahui tren ini, perawat persalinan Liesel Teen mengimbau agar calon ibu lain tak melakukan hal serupa.
"Saya tidak merekomendasikan ini kepada siapa pun," ungkap Teen, seperti dilansir Insider, Jumat (10/6/2022).
Free birth merupakan praktik persalinan di mana calon ibu melahirkan bayi tanpa pendampingan dari tenaga medis atau bidan. Seperti dilansir Pregnancy, Birth, and Baby, persalinan dengan metode free birth umumnya dilakukan di rumah.
Namun, sebagian calon ibu juga dapat memilih tempat lain untuk bersalin. Dalam kasus yang viral saat ini, calon ibu tersebut memilih melakukan free birth di laut.
Teen mengatakan, dalam kondisi normal saja proses persalinan sudah memiliki risiko tersendiri. Beberapa di antaranya adalah perdarahan hebat dan kelelahan yang mungkin akan memerlukan penanganan medis dari dokter atau bidan.
Di samping itu, melakukan free birth di laut juga dapat meningkatkan beberapa risiko lain. Risiko-risiko ini bisa mengenai ibu dan juga bayi yang dilahirkan.
"Bayi bisa merasa sangat kedinginan di dalam air, sang ibu akan lebih berisiko terhadap infeksi, dan pasti ada arus bawah (di dalam air laut)," jelas Teen.
Teen mengatakan free birth saat ini mulai menarik minat cukup banyak orang di internet. Meski popularitasnya meningkat, Teen menyebut free birth sebagai tindakan berisiko yang tak sepatutnya dilakukan.
"Ada terlalu banyak masalah yang bisa terjadi pada orang tua dan bayi," jelas Teen.
Menurut Teen, perempuan yang melakukan persalinan sering kali sulit menyadari adanya kondisi darurat setelah persalinan. Selain itu, ada ribuan ibu dan bayi yang meninggal setiap tahun karena tak memiliki akses terhadap layanan medis.
"Mengabaikan layanan (medis) ketika Anda cukup beruntung bisa mengaksesnya adalah sesuatu yang tak bisa saya gambarkan dengan kata-kata," ungkap Teen.