Senin 23 May 2022 05:30 WIB

Kompres Dingin atau Panas, Mana yang Terbaik Saat Cedera?

Kompres dingin dan panas sering diperdebatkan sebagai terapi cedera.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Reaksi pemain Liverpool Jordan Henderson setelah mengalami cedera saat pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Burnley dan Liverpool di Turf Moor, di Burnley, Inggris, Ahad 13 Februari 2022. Saat cedera, orang sering bingung, kompres dingin atau panas.
Foto: AP/Jon Super
Reaksi pemain Liverpool Jordan Henderson setelah mengalami cedera saat pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Burnley dan Liverpool di Turf Moor, di Burnley, Inggris, Ahad 13 Februari 2022. Saat cedera, orang sering bingung, kompres dingin atau panas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cedera menjadi salah satu masalah yang jamak terjadi. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya ada sekitar 35 juta orang datang ke unit gawat darurat karena cedera.

Sebagian besar kasus adalah cedera muskuloskeletal yang memerlukan rontgen dan kemungkinan konsultasi bedah ortopedi. Sebagian besar nyeri akut akibat patah tulang dan keseleo yang stabil bisa diatasi dengan pengobatan standar seperti asetaminofen dan ibuprofen.

Baca Juga

Namun, para dokter dan ahli bedah ortopedi kerap memperdebatkan pengobatan non-farmakologis apa yang paling manjur mengurangi rasa sakit akibat cedera: terapi dingin atau panas? Ada data terbatas yang membandingkan dua modalitas dalam uji coba perbandingan.

Dalam studi kecil, keduanya telah terbukti bisa mengurangi rasa nyeri akut. Namun, dokter spesialis emergency medicine bersertifikat di Los Angeles, Michael Daignault, menemukan bahwa sebagian besar dokter akan merekomendasikan penggunaan satu pengobatan yang biasa dilakukan oleh pasien itu sendiri.

Dr Daignault menjelaskan, penerapan terapi dingin seperti kompres es memberi sinyal pada otak untuk memicu respons fisiologis yang kompleks. Dinding otot pembuluh darah berkontraksi dalam proses yang dikenal sebagai vasokonstriksi.

Vasokonstriksi ini mengurangi aliran darah ke area yang terkena, yang secara efektif membatasi peradangan dan mengurangi rasa sakit. Terapi dingin meliputi kompres dengan es batu, mandi dengan es, semprotan pendingin, dan pijat es.

Sementara terapi panas bertujuan untuk melemaskan otot-otot dinding pembuluh darah melalui vasodilatasi, yang memperlebar diameternya dan meningkatkan aliran darah. Terapi panas meningkatkan sirkulasi dan aliran nutrisi penyembuhan ke area cedera. Pilihan terapi panas mencakup bantalan pemanas atau sauna, hingga pemandian garam Epsom atau kamar uap (steam room).

"Mirip dengan terapi dingin, itu juga telah terbukti mengurangi rasa sakit. Faktanya, tinjauan sistematis dari 32 uji coba kontrol acak yang menampilkan lebih dari 1.000 peserta studi menunjukkan bahwa terapi dingin dan panas efektif dalam mengurangi rasa sakit," kata dr Daignault, seperti dilansir USA Today, Ahad (22/5/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement