REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, terdapat perbedaan persentase gejala antara kasus hepatitis akut di Indonesia dan Inggris. Perbedaan itu terutama pada persentase gejala jaundice atau warna kekuningan pada kulit dan lapisan mukosa.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, gejala yang paling banyak muncul di Indonesia adalah demam dengan persentase 78,6 persen. Sedangkan di Inggris, gejala yang paling dominan adalah jaundice dengan persentase 70,21 persen. Berdasarkan data Kemenkes, gejala jaundice di Indonesia menempati urutan ke lima gejala terbanyak dengan persentase 57,1 persen.
"Untuk jaundice-nya di Indonesia cuma berapa persen itu. Padahal, itu adalah gejala yang paling khas dari hepatitis akut," kata Syahril saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Secara lebih rinci, lima gejala terbanyak di Indonesia adalah demam (78,6 persen), hilang nafsu makan (78,6 persen), muntah (71,4 persen), mual (64,3 persen), dan jaundice (57,1 persen). Sedangkan di Inggris, lima gejala terbanyak yang muncul adalah jaundice (72,2 persen), muntah (62,7 persen) perubahan warna feses (50 persen), kelelahan (lethargy) (50 persen), dan diare akut (44,9 persen).
Inggris merupakan negara dengan kasus dugaan hepatitis akut terbanyak di dunia, yakni 163 kasus. Sedangkan Indonesia mencatatkan 14 kasus diduga hepatitis akut.