Kebanyakan dari kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan produk kesehatan yang dikenal dengan nama antibiotik. Ya, antibiotik adalah salah satu jenis obat yang umum digunakan untuk mengobati infeksi bakteri di dalam tubuh. Tidak hanya mengobati, beberapa jenis obat antibiotik juga bermanfaat untuk mencegah infeksi bakteri terjadi di beberapa kondisi kesehatan tertentu.
Sebagai obat resep, penggunaan dari antibiotik tidak boleh dilakukan secara sembarangan dan harus berdasarkan resep atau anjuran dari dokter. Nah, agar lebih memahami fungsi antibiotik, termasuk pengertian, jenis, hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi dan efek samping yang mungkin ditimbulkan, Cermati telah merangkum penjelasannya berikut ini.
Baca juga: Atasi Beragam Gejala Alergi dengan Cetirizine dan Pahami Dosis serta Cara Aman Pemakaiannya
Pengertian Antibiotik
Antibiotik Kapsul
Antibiotik adalah obat yang umumnya digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi akibat infeksi bakteri. Khusus untuk bakteri, produk kesehatan ini tidak akan memberikan manfaat apa pun saat tubuh terkena infeksi virus, seperti flu, sehingga penyakit tersebut memerlukan metode pengobatan yang berbeda.
Cara kerja dari antibiotik adalah dengan menghambat pertumbuhan bakteri dan perkembangbiakannya, sekaligus menumpas sel bakteri. Hal tersebut membuat infeksi bakteri dapat diatasi.
Sebagai obat resep, penggunaan dari produk kesehatan ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Alasannya karena antibiotik mampu meningkatkan risiko kekebalan atau resistensi dari bakteri yang menginfeksi tubuh.
Tidak hanya itu, fungsi antibiotik yang lainnya adalah sebagai profilaksis atau mencegah tubuh terinfeksi bakteri. Umumnya, manfaat tersebut diberikan kepada orang yang memiliki risiko cukup tinggi untuk mengalami infeksi bakteri, seperti pasien yang berencana menjalani operasi pergantian sendi atau operasi glaukoma.
Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Gunakan Antibiotik
Antibiotik
Sebagai jenis obat yang pemakaiannya harus diawasi oleh dokter, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebelum menggunakan antibiotik. Berikut adalah peringatan saat akan menggunakan antibiotik.
- Jangan memakai antibiotik jika memiliki alergi terhadap obat jenis ini. Selalu informasikan pada dokter terkait riwayat alergi, baik yang sedang atau pernah diderita sebelumnya.
- Informasikan pula pada dokter terkait riwayat medis yang dimiliki, khususnya saat mengalami penyakit ginjal, penyakit liver, lupus, porfiria, maupun pernah terjangkit infeksi bakteri berat ataupun sepsis.
- Beri tahu pada dokter apabila sedang menggunakan obat, produk herbal, atau suplemen tertentu sebelum menggunakan antibiotik.
- Lakukan konsultasi dengan dokter apabila memiliki rencana mengambil vaksinasi ketika menggunakan obat ini. Hal ini penting untuk dilakukan karena penggunaan beberapa tipe antibiotik mampu menurunkan efektivitas dari vaksinasi, khususnya vaksin hidup.
- Informasikan pada dokter apabila tengah hamil, sedang menyusui, maupun berencana untuk mengambil program kehamilan.
- Segera hubungi dokter dan memeriksakan diri saat muncul gejala alergi obat maupun overdosis pasca menggunakan antibiotik.
Efek Samping yang Mungkin Terjadi Akibat Penggunaan Antibiotik
Efek Samping Antibiotik
Saat menggunakan antibiotik, pasien mungkin akan mengalami efek samping yang berbeda, tergantung dari jenis serta dosis obat yang diberikan. Efek samping dari penggunaan obat ini juga tergantung dari respons tubuh. Akan tetapi, terdapat beberapa efek samping antibiotik yang umum terjadi pada penggunanya:
- Muntah dan mual
- Diare
- Perut kembung
- Nafsu makan menghilang
- Nyeri sendi atau nyeri otot
Jika gejala efek samping tersebut tidak kunjung sembuh atau malah makin bertambah parah, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan pada dokter agar bisa mendapatkan penanganan dengan segera. Hal serupa juga perlu dilakukan saat muncul gejala efek samping lebih serius pasca menggunakan antibiotik, seperti peningkatan risiko infeksi bakteri C. Difficile. Infeksi bakteri tersebut ditandai gejala berupa diare berat dan tak kunjung mereda serta adanya resistensi antibiotik.
Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala alergi obat maupun overdosis setelah memakai antibiotik.
Jenis, Dosis, dan Merek Dagang Antibiotik
Ada banyak jenis antibiotik yang memiliki manfaat dan aturan pakai berbeda. Berikut adalah rincian penjelasannya.
-
Penisilin
Penisilin merupakan antibiotik untuk mengatasi infeksi meningitis, streptococcus, pneumonia, endocarditis, atau gonore. Beberapa contoh penisilin adalah amoxicillin, ambipicillin, oxacillin, penicillin G, dan penicillin VK. Seluruh contoh penisilin tersebut harus dikonsumsi sesuai dosis dan juga informasi yang tercantum pada kemasan atau laman obat yang bersangkutan.
-
Sefalosporin
Fungsi antibiotik ini adalah untuk mengobati beragam kondisi kesehatan, seperti infeksi tulang, infeksi kulit, infeksi pada saluran kemih, dan otitis media. Beberapa contoh obat dari golongan ini adalah Cefadroxil, Cefuroxime, Cefixime, Cefoperazone, Cefotaxim, dan Cefepime. Jenis obat antibiotik tersebut juga harus dikonsumsi sesuai dengan dosis serta aturan pakai yang tertulis pada kemasan atau laman obat yang bersangkutan.
-
Aminoglikosida
Aminoglikosida memiliki manfaat untuk mengobati infeksi bakteri, seperti, infeksi sendi, peritonitis, atau tuberkulosis. Contoh obat dari golongan aminoglikosida, antara lain paromomycin, tobramycin, gentamicin, amikacin, kanamycin, dan neomycin. Masing-masing obat tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertulis pada kemasan atau laman obatnya.
-
Tetrasiklin
Selanjutnya, tetrasiklin adalah golongan antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati beberapa kondisi kesehatan, seperti sifilis, periodontitis, brucellosis, jerawat, dan juga anthrax. Namun, perlu dipahami jika beberapa jenis tetrasiklin tidak boleh digunakan pada pasien anak dengan usia kurang dari 8 tahun.
Beberapa contoh dari antibiotik jenis ini adalah doxycycline, minocycline, tetracycline HCI, oxytetracycline, dan tigecycline. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut serta dosis penggunaan obat ini, pasien perlu membaca aturan pakai pada kemasan atau laman obat yang bersangkutan.
-
Makrolid
Sejumlah kondisi kesehatan yang bisa diobati menggunakan makrolid adalah servisitis, bronkitis, faringitis, sinusitis, dan penyakit Lyme. Beberapa jenis dari makrolid tidak boleh digunakan berbarengan dengan obat cisapride.
Beberapa jenis obat makrolid adalah erythromycin, azithromycin, dan clarithromycin. Masing-masing jenis obat tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan aturan pakai dan dosis yang tercantum pada laman obatnya.
-
Quinolone
Antibiotik jenis quinolone berguna untuk mengobati infeksi tulang, infeksi kulit, servisitis, cystitis, dan antraks. Beberapa contoh dari quinolone, antara lain ciprofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin, dan norfloxacin. Untuk mengetahui aturan pakai dan dosis dari penggunaan obat-obat tersebut, silakan melihat laman obat yang bersangkutan.
-
Sulfonamida
Sulfonamida atau sulfa adalah jenis obat antibiotik yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati beragam jenis penyakit yang disebabkan infeksi bakteri. Beberapa contohnya adalah infeksi pada saluran kemih, meningitis bakterial, bronkitis, pneumonia, dan juga infeksi telinga atau infeksi mata.
Contoh produk sulfonamida adalah sulfamethoxazole yang memiliki bentuk obat sirop dan tablet. Untuk mengetahui aturan pakai dan dosis penggunaannya, silakan melihatnya di laman obat atau mengikuti anjuran dokter.
-
Lincosamide
Lincosamide mempunyai manfaat untuk mengobati sejumlah masalah kesehatan karena infeksi bakteri, seperti infeksi pada saluran pernapasan, infeksi sendi dan tulang, jerawat, serta infeksi vagina atau bacterial vaginosis. Beberapa contoh dari lincosamide adalah lincomycin dan clindamycin. Jenis obat tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan aturan pakai dan dosis yang tercantum pada laman obat yang bersangkutan.
-
Glicopeptide
Ada pula obat antibiotik dari jenis glicopeptide yang memiliki manfaat untuk mengobati infeksi kulit, enterokolitis, endokarditis, meningitis, dan pneumonia. Beberapa contoh dari obat golongan glicopeptide, antara lain vancomycin, dalbavancin, oritavancin, dan telavancin.
Untuk dalbavancin, dosis pemakaian pertamanya adalah 1000 mg via infus dengan durasi 30 menit dan dilanjutkan satu minggu kemudian dengan dosis 500 mg. Dosis oritavancin adalah 1200 mg via infus dengan durasi 3 jam dan termasuk sebagai dosis obat tunggal. Untuk telavancin, dosis pemakaian untuk dewasa adalah 10 mg per kgBB via infus dengan durasi 60 menit sehari sekali dan dilakukan 7 sampai 14 hari pada penderita infeksi kulit, dan 7 sampai 21 hari pada penderita pneumonia.
-
Carbapenem
Jenis yang terakhir adalah carbapenem yang berguna untuk mengatasi penyakit karena infeksi bakteri, seperti infeksi tulang, infeksi ginjal, dan pneumonia. Contoh obat dari golongan antibiotik carbapenem, antara lain meropenem, ertapenem, imipenem-cilastatin, doripenem, dan biapenem. Masing-masing jenis obat tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan aturan pakai dan dosis yang tercantum pada laman obatnya.
Baca juga: Mengenal ISPA, Penyakit Saluran Pernapasan yang Terjadi Akibat Infeksi
Pahami Aturan Pakai Antibiotik agar Tak Menyebabkan Resiliensi pada Bakteri
Perlu ditekankan kembali jika fungsi antibiotik adalah untuk mengatasi penyakit akibat infeksi bakteri, maupun mencegah terjadinya infeksi tersebut pada tubuh. Penggunaan antibiotik harus dilakukan sesuai resep dokter agar tak memicu kekebalan atau resiliensi pada bakteri terhadap obat tersebut. Dengan begitu, masalah kesehatan akibat infeksi bakteri dapat sepenuhnya diatasi.