REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Studi terbaru berhasil menyempurnakan sebuah teknik antipenuaan untuk mengembalikan sel kulit menjadi 30 tahun lebih muda. Studi ini didasarkan pada faktor Yamanaka yang ditemukan oleh peraih penghargaan Nobel, Shinya Yamanaka.
Sekitar 15 tahun lalu, Yamanaka dan tim berhasil menemukan sebuah teknik untuk memutarbalikkan proses penuaan pada sel. Hal ini mereka lakukan dengan cara mengaktivasi empat faktor pada DNA yang mereka beri nama faktor Yamanaka.
Aktivasi faktor Yamanaka tampak mampu mengembalikan usia sel menjadi nol. Dengan kata lain, teknik ini bisa mengembalikan sel dewasa ke keadaan embrio.
"Sangat menakjubkan bila Anda memikirkannya. Anda berpeluang untuk mengatur usia sel manusia kembali ke nol," jelas ahli biologi molekuler dari Babraham Institute Wolf Reik, seperti dilansir Men's Health, Rabu (11/5/2022).
Temuan ini dinilai memiliki potensi besar untuk memperbaiki dan meremajakan organ-organ yang rusak. Sebagai contoh, mengembalikan sel otak yang rusak akibat strok atau menyembuhkan luka yang sulit sembuh.
Satu masalah yang masih mengganjal dari temuan ini adalah faktor Yamanaka mengembalikan usia sel terlalu jauh. Sel yang berusia nol hari tidak bisa mengirimkan sinyal saraf listrik, memproduksi kolagen, atau melakukan fungsi-fungsi lain. Oleh karena itu, temuan faktor Yamanaka ini hanya dipandang sebagai sesuatu yang memiliki potensi besar.
Kabar baiknya, tim peneliti yang diketuai oleh Reik berhasil menemukan solusi atas masalah tersebut. Alih-alih membuat usia sel menjadi nol, Reik dan tim bisa membuat usia sel menjadi 30 tahun lebih muda dengan menggunakan faktor Yamanaka. Temuan terbaru dari Reik dan tim ini teah dipublikasikan melalui eLife.
"Apa yang baru dan menarik dari studi ini adalah mereka mendorong sel untuk diprogram ulang dalam cara yang terkontrol secara waktu," ujar ahli biologi molekuler Manuel Serrano yang tak terlibat dalam studi.
Serrano mengatakan, para peneliti sebelumnya tak bisa mengontrol faktor Yamanaka dengan banyak kepastian. Oleh karena itu, temuan Reik dan tim ini merupakan sebuah terobosan.
Dalam studi mereka, Reik dan tim penelitinya mengumpulkan sel-sel kulit dari orang dewasa paruh baya berusia 38-53 tahun. Sel kulit yang mereka kumpulkan adalah sel fibroblas kulit yang berperan penting dalam menyembuhkan luka. Kemampuan sel fibroblas dalam menyembuhkan luka ini menurun seiring dengan pertambahan usia.
Dengan menggunakan vektor virus, tim peneliti menyuntikkan faktor Yamanaka ke dalam sel-sel yang mereka kumpulkan dari para partisipan. Dalam studi terdahulu, dibutuhkan waktu 50 hari bagi faktor Yamanaka untuk mengembalikan usia sel menjadi nol.
Dalam studi terbaru ini, Reik dan tim memutuskan untuk menghentikan aksi dari faktor Yamanaka pada hari ke-10 dan hari ke-17. Saat aksi faktor Yamanaka dihentikan pada dua momen ini, tim peneliti mengevaluasi usia biologis sel-sel yang mereka teliti dengan menggunakan "jam penuaan" molekuler.
Tim peneliti juga memantau perubahan epigenetik atau perubahan DNA yang menyebabkan kanker selama studi berlangsung. Beberapa hal lain yang juga dipantau oleh tim peneliti adalah mobilitas sel dan produksi kolagen.
Setelah melalui berbagai proses, tim peneliti berhasil menemukan bahwa hari ke-13 merupakan waktu yang ideal untuk menghentikan aksi faktor Yamanaka. Pada hari ke-13, sel-sel berada pada kondisi yang muda namun tetap memiliki kemampuan untuk memproduksi kolagen dan bergerak lebih cepat ke area kulit yang mengalami kerusakan.
"Memahami bahwa kita bisa meremajakan sel-sel merupakan hal yang luar biasa," kata peneliti dari Gulbenkian Institute of Science Ines Milagre.
Menurut Milagre, temuan ini merupakan sebuah batu loncatan penting. Temuan ini juga merupakan bukti bahwa faktor Yamanaka bisa dimanfaatkan dengan penyesuaian yang tepat.
Akan tetapi, Milagre mengatakan teknik ini mungkin tak akan tersedia di klinik dalam waktu dekat. Alasannya, aktivasi faktor Yamanaka berpotensi menyebabkan kanker. Selain itu, belum diketahui pula apakah proses ini juga bisa bekerja dengan baik pada jenis sel lain.
"Masih banyak yang belum diketahui," kata Milagre.
Hal senada juga diungkapkan oleh Reik. Reik berharap penelitian lebih lanjut bisa menemukan cara yang lebih baik dalam mengaktivasi faktor Yamanaka tanpa meningkatkan risiko kanker atau efek samping lain.
"Kita bisa menyebut itu faktor peremajaan (bila berhasil ditemukan), dan faktor itu akan memberikan cara yang lebih aman dalam meremajakan sel," ujar Reik.