Kamis 29 Aug 2024 10:43 WIB

Kromosom Y Diprediksi Menghilang dalam Jutaan Tahun, Masa Depan Manusia Terancam?

Kromosom Y berperan untuk penentuan jenis kelamin laki-laki.

Representasi DNA dalam bentuk 3D (ilustrasi). Peneliti mengungkap studi yang memprediksi kromosom Y pada manusia akan menghilang dalam jutaan tahun ke depan.
Foto: Dok. Freepik
Representasi DNA dalam bentuk 3D (ilustrasi). Peneliti mengungkap studi yang memprediksi kromosom Y pada manusia akan menghilang dalam jutaan tahun ke depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para peneliti menyatakan bahwa kromosom Y, yang penting untuk penentuan jenis kelamin laki-laki, secara bertahap menyusut dan kemungkinan menghilang dalam beberapa juta tahun. Jenis kelamin bayi manusia dan mamalia ditentukan oleh gen penentu jenis kelamin laki-laki pada kromosom Y. Namun, kromosom penting ini secara bertahap mengalami degenerasi dan mungkin menghilang yang berpotensi menyebabkan kepunahan kecuali gen penentu jenis kelamin tersebut berevolusi.

Kabar baiknya, ada dua jenis hewan pengerat yang telah kehilangan kromosom Y yakni tikue mol di Eropa Timur dan tikut berduri di Jepang, namun berhasil bertahan hidup. Dilansir laman Business Standard pada Kamis (29/8/2024), sebuah studi  2022 yang diterbitkan dalam jurnal peer review Proceedings of the National Academy of Science mengungkapkan bahwa tikus berduri di Jepang telah berhasil mengembangkan gen penentu jenis kelamin laki-laki baru, yang menawarkan harapan bagi masa depan umat manusia.

Baca Juga

Peran kromosom Y

Pada manusia, perempuan memiliki dua kromosom X, sedangkan laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. Kromosom Y, meskipun jauh lebih kecil dengan hanya sekitar 55 gen dibandingkan dengan 900 gen pada kromosom X, memainkan peran penting dalam menentukan jenis kelamin laki-laki dengan memicu perkembangan testis pada embrio.

Sekitar 12 pekan setelah pembuahan, gen utama pada kromosom Y, yang dikenal sebagai SRY (sex-determining region Y), mengaktifkan jalur genetik yang mengarah pada pembentukan organ reproduksi laki-laki. Gen ini bekerja dengan menstimulasi gen kunci lainnya, SOX9, yang sangat penting untuk perkembangan laki-laki di seluruh vertebrata.

Kebanyakan mamalia memiliki struktur kromosom X dan Y yang sama, tetapi sistem ini menghadirkan tantangan karena dosis gen yang tidak sama antara jantan dan betina. Menariknya, platipus Australia memiliki kromosom seks yang sama sekali berbeda, menyerupai kromosom burung, yang menunjukkan bahwa kromosom X dan Y mamalia dulunya adalah kromosom biasa. 

Kromosom Y disebut telah kehilangan sejumlah besar gen aktif, menyusut dari 900 menjadi hanya 55. Jika tren ini terus berlanjut, kromosom Y dapat lenyap seluruhnya dalam 11 juta tahun ke depan.

Kemungkinan hilangnya kromosom ini memicu perdebatan di antara para ilmuwan, dengan prediksi mulai dari kromosom Y yang bertahan tanpa batas waktu hingga lenyap dalam beberapa ribu tahun.

Hewan pengerat tanpa kromosom Y

Untungnya, dua garis keturunan hewan pengerat (tikus mol Eropa Timur dan tikus berduri Jepang) telah kehilangan kromosom Y dan terus berkembang biak. Pada spesies ini, kromosom X tetap ada pada jantan dan betina, tetapi kromosom Y dan gen SRY telah menghilang.

Dikutip dari Financial Express, menurut laporan Science Alert, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Asato Kuroiwa dari Universitas Hokkaido menemukan bahwa pada tikus berduri, sebagian besar gen dari kromosom Y telah dipindahkan ke kromosom lain. Namun, gen SRY hilang, dan mereka menemukan duplikasi kecil di dekat gen SOX9 pada kromosom 3 pada laki-laki, yang dapat menggantikan SRY. Ketika diperkenalkan ke tikus, duplikasi ini meningkatkan aktivitas SOX9, yang menunjukkan bahwa tikus berduri telah mengembangkan mekanisme baru untuk penentuan jenis kelamin laki-laki tanpa kromosom Y.

Implikasi bagi masa depan umat manusia

Kemungkinan hilangnya kromosom Y manusia menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan manusia. Tidak seperti beberapa reptil yang dapat bereproduksi secara aseksual, mamalia, termasuk manusia, membutuhkan sperma untuk bereproduksi, sehingga laki-laki sangat diperlukan untuk kelanjutan spesies kita.

Namun, evolusi gen penentu jenis kelamin baru, seperti yang terlihat pada tikus berduri, menawarkan secercah harapan. Namun, proses ini disertai risiko — jika beberapa sistem penentuan jenis kelamin baru berevolusi di berbagai wilayah, hal itu dapat menyebabkan munculnya spesies manusia baru, masing-masing dengan kromosom seks yang berbeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement