Ahad 01 May 2022 23:13 WIB

Bikin Ngantuk, Bolehkah Penderita Insomnia Konsumsi Antihistamin?

Antihistamin bisa menyebabkan mulut kering dan penglihatan kabur.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Bolehkan antihistamin dikonsumsi oleh penderita insomnia? (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Bolehkan antihistamin dikonsumsi oleh penderita insomnia? (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok obat antihistamin (pereda demam) termasuk chlorphenamine (Piriton), cinnarizine, diphenhydramine, hydroxyzine, dan promethazine adalah jenis obat yang memicu kantuk. Selain itu, antihistamin juga bisa menyebabkan penurunan koordinasi, kecepatan reaksi, dan penilaian.

"Jangan mengemudi atau menggunakan mesin setelah mengonsumsi antihistamin karena bisa berbahaya," kata National Health Service (NHS) di Inggris, pada akhir April.

Karena itulah, NHS tidak merekomendasikan antihistamin dikonsumsi secara bebas oleh penderita insomnia. Para ahli di Mayo Clinic memperingatkan bahwa toleransi terhadap efek sedatif antihistamin dapat berkembang dengan cepat. Selain itu, sedatif antihistamin, diphenhydramine, dan doxylamine memiliki sifat antikolinergik, yang dapat meningkatkan risiko demensia.

"Pada orang dewasa tua atau lansia, obat ini juga dapat menyebabkan kebingungan, halusinasi, mulut kering, penglihatan kabur, sembelit, mual, dan gangguan keringat," catat para ahli.

NHS menjelaskan, antihistamin bekerja dengan memblokir efek zat yang disebut histamin dalam tubuh. Histamin dilepaskan ketika tubuh mendeteksi alergen seperti serbuk sari (pollen), yang menyebabkan pembuluh darah melebar dan kulit membengkak. Ini kemudian bisa menyebabkan gatal, mata berair, hidung berair, atau tersumbat, bersin, dan ruam kulit.

Selain itu, antihistamin juga bisa menyebabkan mulut kering, penglihatan kabur, dan kesulitan buang air kecil. Lebih lanjut, antihistamin bisa berinteraksi dengan obat lain seperti antidepresan, obat tukak lambung, atau obat batuk, dan pilek.

The Sleep Foundation mendiagnosis insomnia sebagai kesulitan terus-menerus dengan onset, pemeliharaan, konsolidasi, atau kualitas tidur. Gejala insomnia yang dirasakan pada siang hari termasuk kelelahan atau malaise; gangguan dengan memori, konsentrasi, atau perhatian; dampak negatif pada kinerja sosial, keluarga, pekerjaan, atau akademik; iritabilitas atau suasana hati yang terganggu; mengantuk secara berlebihan pada siang hari; hiperaktif, impulsif, agresif, atau masalah perilaku lainnya; serta kurangnya motivasi atau energi.

NHS menyarankan para penderita insomnia untuk berkonsultasi ke dokter, alih-alih mengonsumsi antihistamin yang dijual bebas di pasaran. Untuk memperbaiki gejala insomnia, ada baiknya menciptakan pola tidur yang sehat, di mana Anda membiasakan bangun dan tidur pada waktu yang sama setiap hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement