Senin 11 Apr 2022 16:27 WIB

Studi: Antibiotik Bisa Sebabkan Penurunan Fungsi Otak pada Wanita

Konsumsi antibiotik yang tidak perlu bisa turunkan fungsi otak perempuan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Konsumsi antibiotik yang tidak perlu bisa turunkan fungsi otak perempuan.
Foto: www.freepik.com.
Konsumsi antibiotik yang tidak perlu bisa turunkan fungsi otak perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak dari kita berpikir penurunan kemampuan kognitif adalah bagian dari proses penuaan. Namun, sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa wanita yang menggunakan obat resep tertentu lebih mungkin mengalami penurunan kemampuan kognitif dari waktu ke waktu.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Plus One menemukan bahwa wanita yang sering mengonsumsi antibiotik selama usia paruh baya menunjukkan tingkat penurunan kognitif yang lebih cepat daripada mereka yang tidak. Meskipun antibiotik diresepkan untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi saluran kemih (ISK) atau radang tenggorokan, antibiotik itu tidak efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti pilek dan flu.

Baca Juga

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), mengkonsumsi antibiotik ketika tidak diperlukan justru berakibat terhadap resistensi antibiotik. Sementara, resistensi antibiotik adalah masalah yang mendesak dan menimbulkan kekhawatiran lain.

"Penggunaan antibiotik yang berkelanjutan berbahaya dalam banyak hal bagi kesehatan kita," kata spesialis kebidanan dan ginekologi di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California, Sherry Ross, dilansir Best Life, Senin (11/4/2022).

Studi ini menunjukkan hubungan lain tentang penggunaan antibiotik kronis yang mungkin memiliki dampak dengan penurunan kemampuan kognitif. Para peneliti menganalisis tanggapan dari 14.542 wanita yang menyelesaikan kuesioner Nurses Health Study II 2009. 

 

Peserta penelitian, yang memiliki usia rata-rata 55 tahun, ditanya seberapa sering mereka minum antibiotik, dan untuk berapa lama. Mereka yang melaporkan setidaknya dua bulan paparan antibiotik selama empat tahun sebelumnya memiliki skor kognitif yang lebih rendah pada CogState, yaitu tes kognitif daring yang dilakukan sendiri oleh peserta antara 2014 dan 2018.

Beberapa pengurangan kekuatan otak adalah normal seiring bertambahnya usia, dan para peneliti memasukkan ini ke dalam penelitian. Sementara, skor peserta turun setiap tahun, wanita yang secara teratur menggunakan antibiotik menunjukkan jumlah penurunan kognitif yang lebih besar daripada mereka yang tidak.

Mikrobioma usus yang diisi dengan bakteri, virus, dan jamur, terletak di usus besar dan terlibat dengan sistem kekebalan. Para peneliti berpikir bahwa sumbu usus-otak, atau komunikasi antara sistem saraf pusat dan mikrobioma usus, sebenarnya memungkinkan bakteri ini mempengaruhi otak. Menurut Medical News Today, beberapa bukti bahkan menunjukkan perubahan pada usus dapat menyebabkan depresi, kecemasan, skizofrenia, dan penyakit Alzheimer.

Saat ini, ada penelitian terbatas tentang efek penggunaan antibiotik pada kognisi. Namun, karena antibiotik dirancang untuk membunuh bakteri, ini, pada gilirannya, memengaruhi mikrobioma usus. Meskipun ada hubungan yang signifikan antara peningkatan penggunaan antibiotik di usia paruh baya dan skor kognitif yang lebih buruk, ada faktor lain yang tidak teridentifikasi yang dapat berkontribusi pada penurunan kemampuan kognitif. 

"Kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan beberapa faktor risiko lain yang terkait dengan penggunaan antibiotik di usia paruh baya adalah penyebab penurunan ringan dalam fungsi kognitif," ujar rekan penulis studi tersebut, Andrew T Chan.

"Studi kami membuka jalan baru penelitian tentang kemungkinan cara memodifikasi mikrobioma usus untuk mencegah penurunan kognitif seiring bertambahnya usia," kata Chan, yang juga kepala Unit Epidemiologi Klinis dan Terjemahan di Rumah Sakit Umum Massachusetts.

Dia menjelaskan, penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya penggunaan antibiotik yang bijaksana sepanjang perjalanan hidup untuk meminimalkan potensi konsekuensi jangka panjang dari mengubah mikrobioma usus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement