REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian masyrakat awam mungkin melihat antibiotik sebagai 'solusi' untuk beragam keluhan penyakit karena obat ini memang cukup umum diresepkan oleh dokter. Anggapan yang kurang tepat ini membuat sebagian masyarakat berani berinisiatif untuk swamedikasi dengan membeli sendiri dan menggunakan antibiotik ketika merasakan keluhan penyakit.
Padahal, antibiotik merupakan obat yang hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter. Pembelian antibiotik tanpa resep dokter seharusnya tidak diperkenankan. Selain itu, tidak semua masalah atau keluhan penyakit bisa diatasi dengan tepat menggunakan antibiotik.
Salah satu kondisi yang membuat sebagian masyarakat melakukan swamedikasi dengan antibiotik adalah salesma atau pilek. Pilek mungkin merupakan masalah kesehatan yang cukup umum terjadi. Akan tetapi, gejala-gejala pilek terkadang terasa sangat mengganggu dan bisa berlangsung lebih dari tiga hari. Ketika pilek tak kunjung membaik setelah tiga hari inilah, sebagian orang kerap berinisiatif melakukan swamedikasi dengan antibiotik.
Profesor di bidang pediatri dari Cincinnati Children's Hospital Medical Center Dr Sing Sing Way dan Direktur urusan ilmiah dari Global Antibiotic Research and Development Partnership Laura Piddock mengingatkan masyarakat bahwa antibiotik bukanlah solusi universal untuk segala penyakit. Ada kondisi di mana seseorang yang sakit memang membutuhkan antibiotik dan ada kondisi di mana seseorang yang sakit tidak membutuhkan antibiotik.
Way dan Piddock mengungkapkan tiga hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui kapan sebenarnya seseorang yang sakit membutuhkan antibiotik atau tidak. Berikut ini adalah ketiga hal tersebut seperti dilansir Martha Stewart, Jumat (31/1).
Beri Waktu
Sebagian besar kasus pilek atau salesma dapat membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari bila penderita merawat diri dengan baik. Merawat diri yang dimaksud adalah minum banyak cairan, mengonsumsi makanan tinggi zat gizi dari buah dan sayur serta tidur minimal delapan jam setiap malam.
"Banyak orang ke dokter untuk mencari penyelesaian cepat, sehingga mereka bisa melanjutkan kehidupan mereka yang sibuk. Jadi mereka meminta antibiotik," ujar Piddock.
Anak diberi antibiotik (Ilustrasi)
ng sangat penting bagi sistem layanan kesehatan. Obat ini seharusnya hanya digunakan bila memang dibutuhkan. Menggunakan antibiotik ketika sebenarnya tidak dibutuhkan dapat berkontribusi pada berkembangnya superbug yang resisten terhadap obat antibiotik.
"Semakin banyak antibiotik digunakan, semakin besar kemungkinan antibiotik menjadi tidak efektif untuk melawan bugs yang seharusnya bisa dilawan," tambah Piddock.
Kondisi ini dapat menjadi masalah yang serius bagi orang-orang dengan sistem imun yang lemah, seperti bayi baru lahir dan pasien kanker. Kelompok-kelompok dengan sistem imun lemah ini membutuhkan antibiotik yang bisa bekerja dengan kekuatan penuh untuk bisa selamat dari ancaman infeksi yang mengancam jiwa.
Pertimbangkan Sumber
Setiap orang rentan terhadap semua penyakit yang disebabkan oleh beragam patogen. Banyak dari patogen-patogen ini yang memunculkan keluhan serupa ketika meninfeksi.
"Banyak dari patogen-patogen itu yang memicu keluhan batuk, hidung meler, hidung tersumbat atau demam yang serupa," terang Way.
Bila keluhan-keluhan tersebut disebabkan oleh bakteri, maka antibiotik bisa digunakan untuk melawan bakteri tersebut. Akan tetapi, sebagian besar keluhan batuk, hidung meler, hidung tersumbat atau demam disebabkan oleh virus. Antibiotik tidak memiliki kemampuan untuk melawan virus.
Ketika keluhan-keluhan ini terasa cukup berat atau keluhan-keluhan ini tidak kunjung sembuh dalam beberapa hari, lebih baik berkonsultasi ke dokter. Dokter memiliki kemampuan untuk bisa mengetahui sumber masalah keluhan tersebut dan memberikan pasien terapi yang tepat.
"Dokter memiliki kemampuan untuk menentukan apakah bakteri atau virus yang menjadi akar masalah kondisi Anda," tutur Way.
Patuhi Saran Dokter
Dokter telah berhadapan dengan banyak pasien dan memiliki kualifikasi yang mumpuni untuk mengenali gejala pada pasien dan menegakkan diagnosis. Ketika pasien dengan keluhan pilek datang, dokter biasanya tidak akan meresepkan antibiotik pada konsultasi pertama. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah pilek yang dialami pasien bisa membaik dengan sendirinya.
Keengganan dokter untuk langsung meresepkan antibiotik juga bukan hanya karena menghindari risiko resistensi obat. Dokter melakukan ini juga karena mempertimbangkan risiko efek samping dari penggunaan antibiotik.
Perlu diketahui, mikrobioma di tubuh amnusia terdiri dari banyak bakteri baik yang mampu melawan infeksi. Penggunaan antibiotik umumnya justru akan menghancurkan bakteri baik tersebut. Oleh karena itu, menunggu untuk melihat apakah pasien benar-benar membutuhkan antibiotik atau tidak merupakan opsi yang baik.
Bila dokter memutuskan untuk tidak atau belum meresepkan antibiotik, pasien tak perlu berpikir bahwa dokter mengabaikan mereka. Saat dokter tidak meresepkan antibiotik, itu berarti dokter berpikir bahwa pasien yang dia tangani kemungkinan mendapatkan infeksi dari patogen yang tak bisa diatasi dengan antibiotik.