Rabu 23 Mar 2022 03:05 WIB

Masih Banyak Orang yang Keliru Saat Menyikat Gigi

Ketua PB PDGI memaparkan berbagai kesalahan dalam kebiasaan menyikat gigi

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Ketua PB PDGI memaparkan berbagai kesalahan dalam kebiasaan menyikat gigi. Ilustrasi.
Foto: EPA
Ketua PB PDGI memaparkan berbagai kesalahan dalam kebiasaan menyikat gigi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) Usman Sumantri mengatakan kebiasaan menyikat gigi pada masyarakat Indonesia memang sudah baik. Akan tetapi masih banyak di antara mereka yang keliru dalam penerapannya.

Hal tersebut merujuk pada data Riskesdas 2018 yang mencatat dari 94,7 persen masyarakat yang memiliki kebiasaan menyikat gigi setiap hari, hanya 2,8 persen yang telah menyikat gigi dengan benar. Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah pagi setelah makan dan malam sebelum tidur. "Kebanyakan orang itu bangun tidur, sikat gigi, sarapan, berangkat ke sekolah atau ke kantor. Begitu juga mau mandi sore, dia sikat gigi, padahal seharusnya sikat gigi kan sebelum tidur. Ini yang memang mesti diubah, perilaku orang sehingga kesehatan giginya bisa dipertahankan," kata Usman dalam konferensi pers virtual, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga

Selain permasalahan ketepatan waktu menyikat gigi, Usman juga menyoroti perbedaan pemahaman mengenai definisi sakit gigi antara praktisi kesehatan dengan masyarakat. Ia mengatakan saat ini masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa sakit gigi berarti ketika sudah dalam kondisi berdenyut-denyut.

"Kami menganggap gigi berlubang sedikit saja itu sudah 'sakit'. Sudah gejala-gejala perubahan pada warna gigi, mungkin ada spot-spot, itu sudah menunjukkan ke arah karies," ujar Usman.

Kesehatan gigi sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup hingga rasa percaya diri terkait penampilan seseorang. "Belum lagi masalah estetikanya. Jadi kalau sudah banyak gigi hilang, otot-otot wajah juga akan terpengaruh, akan turun. Dan itu, barangkali mempercepat orang terlihat lebih tua dari umur sebenarnya," katanya.

Apabila kesehatan gigi terganggu, maka fungsi pengunyahan juga ikut terganggu sehingga dapat memicu masalah pada sistem pencernaan seseorang. Akibat terganggu fungsi pengunyahan, maka pencernaan menjadi berat, absorpsi makanan juga akan terganggu. "Jadi ke mana-mana efek dari orang kehilangan gigi, selain pengunyahan terganggu," jelas Usman.

Dia menekankan pentingnya pencegahan sejak dini agar kesehatan gigi tetap terjaga hingga usia tua dan jangan menunggu hingga sakit gigi baru pergi ke dokter. Usman juga menggarisbawahi pentingnya mengampanyekan edukasi dan promosi kesehatan gigi yang dilakukan di sekolah-sekolah, terutama sekolah dasar.

Melalui program seperti ini, diharapkan dapat mengubah perilaku sejak dini untuk selalu menjaga kesehatan gigi dengan benar. "Mudah-mudahan dengan begini, kualitas kesehatan gigi masyarakat Indonesia akan semakin bagus," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement