REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebahagiaan adalah hal yang bisa diupayakan. Di sisi lain, kebahagiaan juga sebuah pilihan, termasuk di situasi sulit seperti pandemi Covid-19. Psikolog klinis Ratih Ibrahim mengatakan, seseorang harus mengizinkan dirinya sendiri untuk bisa bahagia sembari mengupayakan kegembiraan itu hadir dalam hidupnya.
"Kita harus buat definisi apa bahagia untuk kita, lalu mengupayakannya," kata Ratih dalam konferensi pers daring The Happiness Project, Jumat (18/3/2022).
Apakah seseorang bisa tetap bahagia di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung berakhir? Ratih mengatakan, setiap orang bisa tetap bahagia meski hidup di tengah pandemi.
Langkah pertama adalah bersikap realistis. Ratih menyarankan untuk mengurangi ekspektasi dan tidak terlalu perfeksionis.
Dengan demikian, bila ada hal yang tidak berjalan dengan sempurna, Anda tidak kecewa. Jalani hidup secara ikhlas.
Selanjutnya, buatlah rutinitas hidup yang baik dan menyokong kesehatan Anda. Biasakan bangun pagi dan tidur pada jam yang teratur.
Berada di rumah saja bukan alasan untuk terlalu asyik di depan gawai sepanjang hari. Ratih mengingatkan pentingnya untuk tidur cukup, setidaknya enam hingga tujuh jam setiap malam, kecuali untuk orang yang hanya bisa bekerja malam hari.
Masukkan aktivitas seperti olahraga agar Anda tetap aktif meski di rumah saja. Ciptakan sendiri rutinitas dan sesuatu yang pasti --kapan harus bangun, olahraga, makan, bekerja-- di tengah situasi yang tidak pasti.