REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat seseorang sembuh dari infeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), tak sedikit yang berpikir bahwa tidak akan ada risiko apapun setelahnya. Namun, sebuah studi terbaru menemukan bahwa ada risiko komplikasi yang berpotensi fatal di kemudian hari pada penyintas Covid-19.
Setelah melakukan studi teranyar, para ilmuwan dari Washington University of St Louis menemukan bahwa hal itu bisa jauh lebih buruk. Orang yang sembuh atau selamat dari Covid-19 berisiko mengalami komplikasi saat tidak lagi mengalami infeksi virus wabah ini.
Para peneliti menemukan kasus tersebut setelah mengikuti pasien selama setidaknya satu tahun setelah serangan Covid-19. Mereka mengumpulkan data dari database perawatan kesehatan nasional Departemen Urusan Veteran Amerika Serikat dengan fokus pada 153 ribu orang yang sembuh dari infeksi dan mayoritas adalah laki-laki.
Penyintas Covid-19 ditemukan berada dalam peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dibandingkan mereka yang tidak terinfeksi. Para penyintas dapat mengalami berbagai gangguan jantung yang mungkin tidak dialami orang tanpa infeksi SARS-CoV-2.
Dilansir The Sun pada Kamis (24/2/2022), beberapa kondisi yang rentan dialami penyintas Covid-19 adalah di antaranya gagal jantung, pembekuan darah, emboli paru, jantung koroner, serangan jantung, hingga strok. Studi memperingatkan masalah yang dialami, bahkan bagi orang-orang yang hanya mengalami gejala ringan, saat terinfeksi virus corona jenis baru.
Tercatat bahwa penyintas Covid-19 yang saat terinfeksi hanya mengalami gejala ringan memiliki dua kali risiko emboli paru. Sementara, mereka dengan gejala berat memiliki potensi 21 kali lebih mungkin membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif (ICU).
Emboli paru adalah kondisi ketika gumpalan darah bergerak dari bagian tubuh, seperti dari kaki ke paru-paru. Penyakit ini bisa berbahaya dan menimbulkan potensi kematian.
Masalah jantung juga mungkin merupakan manifestasi lain dari long Covid atau suatu kondisi di mana gejala virus bertahan selama berbulan-bulan, terkadang bertahun-tahun. Meski demikian, penelitian ini dilakukan sebelum vaksin Covid-19 tersedia, karena itu belum diketahui secara pasti pengaruhnya.
Terlepas dari itu, risiko penyakit parah dan potensi terjadinya komplikasi fatal turun secara signifikan berkat vaksin Covid-19. Dua pekan setelah mendapatkan dosis ketiga atau booster, seseorang yang berusia di atas 50 tahun memiliki 95 persen perlindungan terhadap kematian akibat varian omicron dibandingkan dengan 60 persen dalam enam bulan setelah suntikan kedua.