Rabu 23 Feb 2022 20:38 WIB

Mahasiswa 19 Tahun Asal AS Diamputasi Setelah Makan Makanan Sisa, Apa Penyebabnya?

Kaki dan jari mahasiswa tersebut terpaksa diamputasi karena kondisinya memburuk.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Makanan sisa tidak selalu terjamin higienitasnya sehingga jika ingin menyantapnya perlu berhati-hati.
Foto: www.freepik.com
Makanan sisa tidak selalu terjamin higienitasnya sehingga jika ingin menyantapnya perlu berhati-hati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan sisa tidak selalu terjamin higienitasnya sehingga jika ingin menyantapnya perlu berhati-hati. Jangan sampai kasus terkait sisa makanan yang dialami seorang mahasiswa 19 tahun asal Massachusetts, Amerika Serikat, kembali terulang.

The New England Journal of Medicine melaporkan, mahasiswa itu menyantap makanan sisa berupa nasi, ayam, dan hidangan lo mein. Tak lama setelahnya, dia merasakan sakit perut dan kulitnya berubah warna menjadi ungu. Dia pun dilarikan ke rumah sakit.

Baca Juga

Profesional medis mendiagnosis pasien tersebut mengalami syok, kegagalan organ ganda, dan ruam. Kondisinya dengan cepat menurun. Dia mengalami pernapasan yang tidak normal, tekanan darah tinggi, dan muntah. Padahal, dia selama ini diketahui sehat.

Setelah pemeriksaan lebih lanjut, mahasiswa itu didiagnosis mengidap penyakit meningokokus purpura fulminan. Komplikasi langka itu menyebabkan leher kaku, mual, gangguan pernapasan, dan kegagalan organ, dibarengi dengan syok septik.

Penyebabnya adalah bakteri, yang membawa gejala seperti demam mendadak dan muntah.  Pusat Pencegahan Penyakit dan Pengendalian AS (CDC) memperingatkan bahwa kondisi itu dapat menyebabkan kematian hanya dalam beberapa jam.

Selama dirawat di rumah sakit, kondisi pasien memburuk dan mengalami nekrosis (kematian jaringan dan sel). Dokter terpaksa mengamputasi kaki dan jarinya. Tim juga membutuhkan alat pacu jantung selama 13 hari untuk mengobati disfungsi jantung pemuda itu.

Menurut informasi dari tim medis, belakangan diketahui mahasiswa tersebut lebih rentan dengan bakteri yang kemungkinan ada di dalam makanan sisa. Dia sudah pernah menerima dosis pertama vaksin meningokokus, tapi tidak mendapat booster yang direkomendasikan.

Sebagai perbandingan, teman sekamar mahasiswa itu juga mengonsumsi makanan sisa yang sama. Temannya mengalami muntah-muntah, tetapi tidak dijumpai reaksi yang mengancam jiwa. Dari kasus tersebut, para ahli semakin menyoroti bahaya menyantap makanan sisa.

Sisa nasi dan pasta yang penyimpanannya tidak benar bisa mengundang bakteri Bacillus cereus. Bakteri itu kemudian menghasilkan racun ketika dipanaskan atau dibiarkan terlalu lama. Journal of Clinical Microbiology pernah melaporkan kasus lain pada 2008, di mana seorang remaja meninggal dalam tidurnya setelah makan sisa pasta yang tidak didinginkan semalaman, dikutip dari laman USA Today, Rabu (23/2/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement