Senin 07 Feb 2022 23:22 WIB

Decision Fatigue Mendera Banyak Orang Saat Pandemi, Apa Tanda-tandanya?

Stres akibat pandemi membuat banyak orang mengalami decision fatigue.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Penderita decision fatigue (Ilustrasi). Decision fatigue terjadi ketika seseorang merasa kelelahan karena harus membuat banyak keputusan.
Foto: Pixabay
Penderita decision fatigue (Ilustrasi). Decision fatigue terjadi ketika seseorang merasa kelelahan karena harus membuat banyak keputusan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 kerap memaksa orang-orang untuk membuat banyak keputusan dalam satu waktu. Beragam perubahan dan restriksi juga membuat masyarakat harus beradaptasi dan menjawab banyak persoalan baru dalam waktu singkat. Situasi ini ternyata dapat memicu terjadinya decision fatigue.

"Kompleksitas ini telah menghadirkan masalah-masalah baru yang membutuhkan lebih banyak upaya dibandingkan biasanya," ungkap peneliti dari Case Western Reserve University Dr Grant A Pignatiello, seperti dilansir Medical News Today, Senin (7/2/2022).

Baca Juga

Decision fatigue terjadi ketika seseorang merasa kelelahan karena harus membuat banyak keputusan. Banyaknya keputusan yang harus dibuat juga dapat menyebabkan kemampuan seseorang dalam membuat keputusan menurun, baik keputusan sederhana maupun keputusan rumit.

Tanda dari decision fatigue meliputi brain fog atau sulit berkonsentrasi, merasa lelah, dan tanda kelelahan fisik dan mental lain. Tanda-tanda decision fatigue ini umumnya akan semakin intens seiring dengan semakin banyaknya keputusan yang harus dibuat dalam satu hari.

"Ketika kita merasa kita tidak memiliki energi mental yang cukup untuk melakukan pertimbangan mendalam sebelum membuat keputusan penting, kita menalami decision fatigue," jelas dr Pignatiello.

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut. Salah satunya adalah tidak berkutat pada pembuatan keputusan yang tak begitu penting.

Hal lain yang dapat membantu adalah bersikap baik pada diri sendiri. Luangkan waktu istirahat untuk pikiran dan juga tubuh. Penting juga untuk merawat diri dengan tidur yang cukup, makan sehat, olahraga, dan mengelola stres.

Dr Gustav Tinghog dari Linkoping University di Swedia menyarankan untuk tidak membiarkan diri tak berdaya hanya karena rasa takut membuat keputusan yang salah. Tak semua keputusan harus sempurna. Sebagian besar keputusan yang salah bisa diperbaiki.

Saran lain yang diberikan dr Tinghog adalah menilai kembali bagaimana cara diri sendiri membuat keputusan di masa lalu. Kenali apa yang kurang dan belajar dari sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement