REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zat besi merupakan komponen dasar yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hemoglobin. Bila tubuh kekurangan zat besi, sel darah merah akan kesulitan untuk menyalurkan oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.
Ironisnya, sebagian orang menganggap bahwa defisiensi zat besi bukan masalah yang serius. Padahal, bila dibiarkan tanpa penanganan dalam jangka panjang, defisiensi zat besi bisa memicu masalah kesehatan yang signifikan.
Beberapa kelompok yang dinilai berisiko mengalami defisiensi zat besi adalah perempuan dengan perdarahan menstruasi berlebih dan ibu hamil. Saat mengandung, perempuan memiliki kerentanan karena mereka membutuhkan asupan zat besi dua kali lebih banyak untuk menunjang pertumbuhan janin.
Konsekuensi terberat dari defisiensi zat besi adalah anemia, menurut Mayo Clinic. Akan tetapi, pada tahap awal anemia kerap tak disadari oleh penderitanya.
Anemia defisiensi zat besi bisa ditemukan lebih dini dengan mewaspadai beragam gejala yang umum terjadi. Sebagian dari gejala-gejala tersebut bisa tampak pada tangan dan kaki, yakni kuku rapuh dan kulit pucat.
Selain itu, ada gejala anemia defisiensi zat besi lain yang sering kali tak disadari. Gejala tersebut adalah tangan dan kaki yang terasa dingin.
Beberapa gejala lain dari anemia defisiensi zat besi adalah:
- lemah
- sakit kepala
- lunglai
- letih berlebihan
- perasaan seperti ingin pingsan
- lidah nyeri atau meradang
- penurunan nafsu makan pada anak dan bayi
- perasaan ingin mengonsumsi es atau tanah yang tak bisa dijelaskan