REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Donor darah adalah aksi sederhana yang memiliki dampak luar biasa. Aktivitas ini bisa membantu menyelamatkan nyawa orang lain. Sayangnya, masih ada orang yang enggan melakukan donor darah karena termakan mitos.
Mendonasikan darah sebenarnya sangat mudah dan tanpa persyaratan yang rumit. Ada baiknya mengenali beberapa mitos yang berkembang di kalangan awam tentang donor darah sebagai berikut, dikutip dari laman Joe.co.uk, Ahad (16/1):
1. Butuh waktu berjam-jam
Anggapan bahwa proses donor darah panjang dan berlarut-larut sangat jauh dari kebenaran. Pengambilan darah hanya butuh waktu 10 menit, sementara bagian terlama yakni pemeriksaan kesehatan untuk memastikan pendonor sehat dan memenuhi syarat.
2. Harus tahu golongan darah
Faktanya, tidak semua orang sudah mengetahui golongan darah mereka. Tidak mengapa jika belum mengetahui golongan darah saat akan pertama kali mendonorkan darah karena itu akan diketahui saat pemeriksaan kesehatan awal bagi pendonor.
3. Donor darah menyakitkan
Donor darah ditangani profesional terlatih yang sudah melakukan ratusan atau ribuan prosedur serupa. Mereka bukan orang-orang acak yang menancapkan jarum. Seluruh proses dirancang sehalus dan secepat mungkin, minim rasa tidak nyaman dan sakit.
4. Donor darah berbahaya
Tentu saja seseorang membutuhkan darahnya sendiri, tetapi itu tidak menghalangi menjadi pendonor. Donor darah tidak berbahaya sebab tubuh akan mengisi kembali darah yang hilang dalam waktu 24-48 jam. Kadar zat besi mencapai tingkatan saat sebelum mendonor dalam beberapa pekan.
5. Larangan bagi pengidap asma
Mengidap asma bukan termasuk alasan seseorang tidak boleh jadi pendonor. Jika masih khawatir, jangan sungkan berkonsultasi dengan profesional medis untuk meminta nasihat dan mengetahui apakah Anda memenuhi syarat untuk menyumbangkan darah.
6. Perbedaan laki-laki dan perempuan
Darah dari pendonor laki-laki dan perempuan tentunya sama-sama dibutuhkan. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu jadi perhatian. Pendonor laki-laki dapat memberikan darah setiap 12 pekan, sementara pendonor perempuan harus menunggu 16 pekan.
Perbedaan itu untuk menjaga keseimbangan kadar zat besi dalam tubuh. Darah pria biasanya mengandung lebih sedikit antibodi sehingga dapat digunakan dalam berbagai situasi, misalnya orang dengan luka bakar, kanker, korban kecelakaan, atau pasien dengan sistem kekebalan yang lemah.