Selasa 11 Jan 2022 20:39 WIB

Ketahui Sebab Anak Gagal Ujian dan Kiat Mengatasinya

Terkadang, anak tak mengukur kemampuan diri sehingga gagal dalam ujian.

Peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dalam rangka Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021 di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jalan Dr Setiabudi, Kota Bandung.
Foto:

Sebuah kabar baik, ujian salah satunya UTBK-SBMPTN memberi kesempatan pada siswa yang pernah gagal untuk kembali mengikuti ujian serupa hingga dua tahun berturut-turut. Siswa yang sudah lulus SMA bisa mengikuti ujian ini sebanyak tiga kali dalam tiga tahun berturut-turut. Namun pertanyaannya, apakah motivasi dan optimisme mereka bisa sama atau bahkan lebih tinggi dari sebelumnya? Jika tidak, bagaimana membangkitkannya?

Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan, sebenarnya anak-anak ini memiliki satu kelebihan dibandingkan mereka yang baru kali pertama mengikuti ujian. Anak-anak yang pernah gagal lalu mencoba kembali umumnya sudah mengenali situasi dan merasakan momentum-momentum stres serta kegugupan menjelang hingga saat ujian.

"Kalau kita gambarkan otot-otot di badannya itu sudah pernah mengalami hal itu. Kalau anak-anak yang baru UTBK ini mungkin nervous-nya level 7 dia mungkin sudah 5 karena pernah mengalami sebelumnya," tutur Vera.

Di sini, mereka memerlukan bantuan baik itu dari orang tua ataupun keluarganya untuk mengembalikan optimisme dan motivasinya sekali lagi. Anak-anak perlu diberi pemahaman alasan kegagalan pada ujian sebelumnya. 

Di sisi lain, ajari anak memiliki rencana lain bila hasilnya tetap tidak sesuai harapan. Vera mengatakan, walaupun UTBK penting, tetapi ini bukan satu-satunya jalan untuk anak bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

"Ini perlu ditanamkan pada anak-anak. Kalau misalnya tidak masuk, planningnya apa," kata dia.

Menurut Vera, ada satu hal yang bisa membuat anak-anak jatuh, rapuh, frustasi itu yakni karena dia tidak bisa melihat jalan lain. Mereka tidak pernah diajak melihat ada pilihan lain. Terkadang, orang tua atau orang di sekitar anak enggan atau tidak memberikan wawasan pada anak terkait adanya pilihan lain dengan berbagai alasan, salah satunya khawatir anak tak fokus pada pilihan awalnya.

Vera mengatakan, cara berpikir ini salah. Menurut dia, memberikan anak-anak memungkinkan mereka bisa lebih leluasa bergerak dalam hidupnya sehingga tidak terbatas pada satu jalur itu saja. 

Selain itu, jangan lupa tanyakan pada anak tentang apa yang dia suka dan inginkan dalam hidupnya. Seiring perkembangan anak, cara berpikirnya pun bisa berubah. 

Inilah yang bisa mengubah pertanyaan siapa dirinya dan apa yang dia suka. Dengan demikian, pesan penting bagi mereka yang pernah gagal dalam ujian, yakni mengevaluasi penyebab kegagalan bisa menjadi langkah penting sebelum mengikuti ujian di tahun berikutnya, sembari berusaha membangkitkan optimisme yang mungkin sempat redup usai episode kegagalan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement