REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Kasandra Putranto mengingatkan bahaya anak terlalu banyak melihat konten spirit doll di media sosial. Ia mengatakan, anak dapat mempercayai keyakinan yang salah dan bertentangan dengan kenyataan akibatnya.
Pasalnya, konten-konten yang beredar di media sosial belakangan ini kerap menampilkan orang-orang yang memperlakukan spirit doll seperti makhluk hidup. Kasandra menjelaskan bahwa otak anak belum berkembang penuh.
"Anak-anak cenderung untuk mempercayai apapun yang dilihat baik secara online ataupun langsung," ujar Kasandra saat dihubungi Antara, ditulis Sabtu.
Meski demikian, menurut Kasandra, menonton tayangan spirit doll tidak serta merta mengembangkan delusi pada anak. Delusi merupakan gangguan psikotik.
"Karena menjadi psikotik itu harus ada faktor genetik, pola asuh, dan tekanan atau trauma," jelas psikolog alumnus Universitas Indonesia tersebut.
Oleh karena itu, orang tua berperan penting untuk mengawasi anak saat menonton konten apapun, termasuk konten spirit doll, di media manapun agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saat ini, spirit doll sedang sangat populer karena banyak artis atau figur publik yang memilikinya.
Biasanya, spirit doll berbentuk bayi dan para pemilik merawatnya layaknya anak sendiri. Menurut Kasandra, banyaknya orang dewasa yang memiliki spirit doll juga dapat disebabkan karena mereka memiliki kebutuhan untuk memelihara atau merawat orang lain.