REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto mengatakan bahwa menganggap spirit doll sebagai anak atau teman bukanlah sesuatu yang wajar. Kemungkinan itu dapat menjadi tanda bahwa seseorang mengalami delusi.
"Jika seseorang memperlakukan spirit doll-nya sebagai anak atau teman sendiri, maka ada kemungkinan sang pemilik mempunyai gangguan mental atau delusi," kata Kasandra saat dihubungi Antara, ditulis Sabtu.
Menurut Kasandra, bermain dengan spirit doll sebenarnya wajar-wajar saja. Syaratnya, pemilik sadar bahwa itu hanyalah boneka, dan bukan merupakan teman atau anaknya sendiri.
"Sesekali mengajak bicara spirit doll masih wajar, namun yang terpenting adalah pemilik sadar bahwa spirit doll tersebut tidak dapat menggantikan sosok anak atau teman," ujar Kasandra.
Selain itu, menurut Kasandra, meyakini spirit doll mempunyai kekuatan dan bisa melakukan apapun di luar nalar manusia juga bisa menjadi pertanda seseorang memiliki gangguan mental. Oleh karenanya, Kasandra mengatakan, penting untuk mengetahui penyebab seseorang bermain dengan spirit doll.
Jika seseorang memilih spirit doll karena merasa kesepian maka orang di sekitarnya, termasuk orang tua, teman, maupun anggota keluarga lain, dapat menjadi support system. Bantu mereka untuk meningkatkan keterampilan sosialnya agar bisa menjalin pertemanan dan kedekatan dengan orang lain.