REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres bisa agak sulit didefinisikan karena setiap orang punya reaksi berbeda terhadapnya. Penyebab stres bagi satu orang mungkin tidak berpengaruh atau memiliki efek ringan pada orang lain.
American Institute of Stress menyebut stres sebagai perasaan kewalahan atau tidak mampu mengatasi tekanan mental/emosional. Pemicu stres termasuk adaptasi terhadap perubahan, mulai dari yang sepele sampai ekstrem.
Stres adalah bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kehidupan sehari-hari. Studi tentang stres telah memberikan wawasan lebih lanjut tentang apa yang terjadi pada tubuh selama meresponsnya.
Beberapa dampaknya termasuk perubahan detak jantung, pernapasan, ketegangan otot, dan tekanan darah. Tangan dan kaki seseorang juga mungkin menjadi dingin atau sistem pencernaan yang terganggu.
Sayangnya, ketika sakelar respons saat menghadapi stres menyala terlalu lama akibat stres kronis, ada kemungkinan efek negatif jangka panjang bagi tubuh. Pengaruhnya bisa mengimbas kekebalan tubuh, pencernaan, reproduksi, pertumbuhan, dan fungsi peradangan.
Stres kronis terjadi ketika stresor terus-menerus memapar, contohnya akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Akan tetapi, stres kronis bisa juga disebabkan stresor yang lebih kecil menumpuk dari waktu ke waktu dan seseorang tidak menanganinya secara efektif.
Semakin lama respons stres seseorang tetap aktif, semakin tinggi risiko terkena penyakit terkait stres. Lebih dari 50 tahun penelitian tentang stres telah menunjukkan bukti dampak korelatif stres kronis terhadap timbulnya penyakit seperti masalah kardiovaskular dan gastrointestinal, serta kelelahan, hipertensi, dan diabetes.
Hampir setiap sistem dalam tubuh manusia dapat dirusak oleh stres. Efek kumulatif dari stres bertahun-tahun lalu mungkin masih berdampak sampai sekarang. Stres dapat memiliki efek luas pada emosi, suasana hati, perilaku, juga sistem fisiologis, organ, dan jaringan tubuh.
Langkah awal mengatasinya yakni dengan mengelola stres secara efektif, terlebih dahulu menyadari sumber dasarnya. Sumber stres dapat berasal dari stresor lingkungan, stresor sosial, fisiologis, dan pikiran Anda sendiri.
Setelah mengidentifikasi sumber utama dari stres, buat perubahan dalam hidup untuk membantu mengurangi stres. Misalnya, memastikan tubuh mendapat nutrisi yang lebih baik, memperbaiki kebiasaan tidur, berolahraga, atau menerapkan teknik relaksasi.
Berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental juga dapat membantu mengidentifikasi penyebab stres dalam hidup. Mereka akan memandu melakukan teknik yang paling tepat untuk mengurangi gejala terkait stres, dikutip dari laman Psychology Today, Kamis (23/12).