REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian omicron sebagian besar terbukti dapat menurunkan kekebalan yang terbentuk dari infeksi Covid-19 sebelumnya maupun vaksinasi. Para ahli mengingatkan suntikan penguat (booster) sebagai kunci untuk mengurangi dampak omicron.
Menurut para peneliti di Imperial College London, risiko infeksi ulang dengan omicron adalah 5,4 kali lebih besar dibandingkan varian delta. Hal ini menunjukkan perlindungan terhadap infeksi ulang oleh omicron dari infeksi sebelumnya, kemungkinan serendah 19 persen.
Studi tidak menemukan bukti omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah dibandingkan delta, tetapi data tentang masuk rumah sakit sangat rendah pada saat penelitian. Menurut data, booster sangat penting dalam mengendalikan omicron, tetapi bisa jadi tetap kehilangan beberapa efektivitas seiring waktu.
Profesor Neil Ferguson dari Imperial College London mengatakan, studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang sejauh mana omicron dapat menghindari kekebalan sebelumnya yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi. “Tingkat penghindaran kekebalan ini berarti bahwa Omicron menimbulkan ancaman besar dan segera bagi kesehatan masyarakat,” kata dia, dilansir di Cheshire-live.co.uk, Senin (20/12).
Ada peningkatan risiko signifikan untuk mengembangkan kasus omicron simtomatik dibandingkan dengan delta bagi mereka yang dua pekan atau lebih melewati dosis vaksin kedua. Selain itu, bagi melewati dosis booster dua pekan atau lebih (untuk vaksin AstraZeneca dan Pfizer), menurut laporan tersebut.
Para ilmuwan menggunakan data dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) dan NHS untuk semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi PCR di Inggris yang telah mengikuti tes antara 29 November dan 11 Desember tahun ini. Profesor Azra Ghani dari Imperial College London mengatakan penyebaran varian omicron yang cepat hingga saat ini, sangat mungkin akan menggantikan varian delta.
Data imunogenisitas yang muncul dengan jelas menunjukkan pengurangan substansial dalam antibodi penetralisir, sementara perkiraan kemanjuran vaksin awal menunjukkan pengurangan substansial dalam perlindungan dari penyakit ringan.
Hasil penelitian menunjukkan pentingnya memberikan dosis booster sebagai bagian dari respons kesehatan masyarakat yang lebih luas. Memprioritaskan booster ini untuk populasi berisiko tinggi dibandingkan vaksinasi primer pada kelompok usia yang lebih muda harus menjadi bagian dari respons ini di negara-negara di mana pasokan dosis terbatas.
Baca juga : Pakar Virus Prancis Bawa Kabar Baik Soal Omicron