Kamis 09 Dec 2021 04:03 WIB

Pandemi Buat Tekanan Darah Naik? Anda Nggak Sendiri!

Banyak orang yang tekanan darahnya naik sejak pandemi Covid-19 berlangsung.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Pengukuran tekanan darah. Dalam kebanyakan kasus, hipertensi tidak menunjukkan tanda atau gejala apapun. Sejak pandemi, banyak orang yang tekanan darahnya naik.
Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Pengukuran tekanan darah. Dalam kebanyakan kasus, hipertensi tidak menunjukkan tanda atau gejala apapun. Sejak pandemi, banyak orang yang tekanan darahnya naik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dan tak bisa bisa dipungkiri memicu stres. Tidak mengherankan jika banyak orang yang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.

 

Baca Juga

Para ilmuwan melaporkan, pengukuran tekanan darah dari hampir setengah juta orang dewasa di Amerika Serikat pada 2020 menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengukuran ini menggambarkan tekanan darah terhadap dinding arteri.

Seiring waktu, peningkatan tekanan dapat merusak jantung, otak, pembuluh darah, ginjal dan mata. Fungsi seksual juga dapat terpengaruh.

 

"Ini adalah data yang sangat penting dan mengejutkan, bahkan perubahan kecil dalam tekanan darah dalam rata-rata populasi dapat berdampak besar pada jumlah kasus strok, kejadian gagal jantung, dan serangan jantung yang kemungkinan akan kita lihat dalam beberapa bulan mendatang," kata Presiden American Heart Association, Dr Donald M Lloyd-Jones, yang tidak terlibat dalam penelitian.

 

Studi yang diterbitkan di jurnal Circulation ini merupakan pengingat nyata bahwa bahkan di tengah pandemi yang telah merenggut lebih dari 785 ribu nyawa di Amerika Serikat, kondisi kesehatan kronis tetap harus dikelola. Hampir setengah dari semua orang dewasa Amerika memiliki hipertensi, suatu kondisi kronis yang disebut sebagai pembunuh diam-diam karena dapat memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa.

Hipertensi hanya menghasilkan sedikit gejala. Kondisi ini juga dapat menempatkan individu pada risiko yang lebih besar untuk penyakit parah jika mereka terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement