REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Rr Laeny Sulistyawati
Ilmuwan Afrika Selatan mengidentifikasi varian baru virus Corona, Omicron, yang ada di balik lonjakan kasus Covid-19. Belum jelas di mana varian baru tersebut pertama kali muncul, tetapi para ilmuwan di Afrika Selatan memperingatkan organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) dalam beberapa hari terakhir terkait Omicron. Kini, WHO telah menetapkannya sebagai variant of concern.
"Saat ini sebanyak 90 persen kasus baru di Gauteng disebabkan oleh Omicron," kata Direktur Platform Sequencing dan Inovasi Penelitian Afrika Selatan, KwaZulu-Natal Tulio de Oliveira, seperti dikutip dari laman PBSNews, Selasa (30/11).
Oliveira mengatakan, varian Omicron terkait dengan kasus yang mengalami peningkatan eksponensial dalam beberapa hari terakhir. Dari lebih dari 200 kasus baru yang dikonfirmasi per hari dalam beberapa pekan terakhir, Afrika Selatan mengalami jumlah kasus harian Covid-19 meroket jadi lebih dari 3.200 per Sabtu (27/11), dan sebagian besar terjadi di Gauteng.
Setelah mengumpulkan sekelompok ahli untuk menilai data, WHO mengatakan bahwa bukti awal menunjukkan peningkatan risiko reinfeksi dengan varian ini dibandingkan dengan varian lainnya. Hal ini menandakan bahwa orang yang tertular Covid-19 dan sudah sembuh bisa terinfeksi lagi. Varian Omicron tampaknya memiliki jumlah mutasi yang tinggi, yakni sekitar 30 lonjakan spike protein virus corona yang dapat mempengaruhi seberapa mudah virus itu menyebar ke manusia.
Sharon Peacock yang memimpin pengurutan genetik Covid-19 di Universitas Cambridge, Inggris, mengatakan, sejauh ini data menunjukkan varian Omicron memiliki mutasi dengan peningkatan transmisibilitas. Namun, ia mengatakan bahwa signifikansi banyak mutasi yang masih belum diketahui.
"Kami tidak tahu apakah varian Omicron bisa mendapatkan tumpuan di wilayah di mana Delta berada. Juga tidak mengetahui seberapa baik varian ini akan melakukannya di mana ada varian lain yang beredar," kata Peacock.
Peacock mengatakan, varian ini mungkin telah berevolusi pada seseorang yang telah terinfeksi tetapi kemudian tidak dapat membersihkan virus, kemudian memberikan virus kesempatan untuk berevolusi secara genetik. Skenario ini mirip dengan bagaimana para ahli berpikir varian alfa yang pertama kali diidentifikasi di Inggris juga muncul dan bermurasi pada orang yang kekebalannya terganggu.
Sementara, Lawrence Young, seorang ahli virologi di Universitas Warwick, menggambarkan Omicron sebagai versi virus yang paling banyak bermutasi dari yang pernah dilihatnya. Hal ini termasuk perubahan yang berpotensi mengkhawatirkan yang belum pernah terlihat sebelumnya pada virus yang sama.
Para ilmuwan mengetahui bahwa Omicron secara genetik berbeda dari varian sebelumnya, termasuk varian Beta dan Delta. Namun, ilmuwan tidak mengetahui terkait perubahan genetik yang membuatnya lebih menular atau berbahaya. Sejauh ini, belum ada indikasi varian Omicron menyebakan penyakit yang lebih parah. Kemungkinan akan memakan waktu beberapa pekan untuk memilah, apakah Omicron lebih menular dan apakah vaksin masih efektif untuk melawannya.
Baca juga : Menkeu: Pengalaman Covid Delta Jadi Bekal Hadapi Omicron