Rabu 24 Nov 2021 14:36 WIB

Gejala Stres yang tidak Boleh Diabaikan

Stres jangka panjang dapat menyebabkan banyak gejala fisik.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Gejala stres yang tidak boleh diabaikan (ilustrasi).
Foto: Mgrol101
Gejala stres yang tidak boleh diabaikan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita semua tahu bagaimana rasanya stres dan itu bisa muncul dengan sendirinya dalam berbagai cara. Selain pikiran dan kecemasan yang berpacu, stres juga sering bermanifestasi sebagai gejala fisik seperti sakit kepala, ketegangan otot, dan masalah pencernaan.

Lead GP di penyedia layanan kesehatan digital Livi, dr Rhianna McClymont, mengatakan stres adalah bagian alami dan penting dari sistem respons tubuh. "Itu berasal dari naluri bertahan hidup bawaan yang kita miliki bersama dengan banyak hewan lain," ujarnya seperti dilansir di laman Mirror, Rabu (24/11).

Baca Juga

Stres jangka panjang dapat menyebabkan banyak gejala fisik. Pada gilirannya, gejala ini sering membuat Anda merasa cemas, khawatir, bahkan lebih stres.

Dia menyebut cara memutus siklus negatif ini adalah dengan mengenali tanda-tanda stres dan mengambil tindakan untuk menguranginya. Lantas, apa saja gejala fisik yang timbul akibat stres?

1. Jerawat dan eksim

Saat stres, kulit Anda sering berjerawat karena sekresi hormon stres kortisol. Kortisol meningkatkan produksi minyak dalam tubuh. Stres juga dapat menyebabkan peradangan dan peningkatan kondisi kulit seperti jerawat, eksim dan psoriasis.

Pakar kosmetik, dr Rekha Tailor, mengatakan Anda tidak boleh meremehkan dampak stres pada rutinitas perawatan kulit sehari-hari yang sering diabaikan pada saat stres.

Dia menyarankan, mengikuti rutinitas perawatan kulit harian, menghindari penggunaan riasan dan makan makanan sehat buah dan sayuran, lemak sehat dan protein seperti ikan untuk mengontrol gula darah dan meningkatkan kesehatan kulit Anda.

2. Sakit kronis dan sakit kepala tegang

Sakit kronis yang membuat Anda tidak bisa bergerak adalah gejala stres yang sangat umum. Stres sering kali dapat menyebabkan nyeri sendi yang menyerupai radang sendi tetapi tidak dapat diketahui dengan tes darah atau rontgen. Demikian pula, sakit kepala tegang dan migrain dapat menyebabkan kelumpuhan dan merupakan gejala nyeri lainnya.

Dr McClymont merekomendasikan tidur yang cukup dan tetap berpegang pada jam-jam reguler untuk mengatasi stres sehari-hari dan mencegahnya lepas kendali. "Ingat bahwa stimulan seperti bermain gawai sampai larut malam, alkohol, makanan besar, dan nikotin dapat mengganggu tidur," ujarnya. Kafein masih bisa memengaruhi Anda sekitar enam jam setelah meminumnya, jadi hentikan kopi pada sore hari.

3. Masalah perut

Anda mungkin pernah merasa mual atau mengalami feses yang encer saat sedang stres. Usus adalah organ sensitif yang merespona ketidakseimbangan hormon, stres, dan banyak kondisi kesehatan fisik dan mental dengan rasa sakit, kembung, dan terkadang perubahan kebiasaan buang air besar.

Masalah pencernaan umum lainnya yang dapat diperburuk oleh stres adalah refluks asam. Jika Anda stres dan mendapatkan kelebihan produksi asam di perut, maka bisa jadi Anda akan merasakan sakit maag, penyakit gusi, dan sariawan.

Meskipun mengubah kebiasaan makan Anda dapat membantu mengatasi masalah ini, terkadang lebih baik mencari bantuan medis terutama untuk gejala sariawan.

4. Perubahan berat badan

Peningkatan kadar kortisol menghentikan tubuh Anda dari memecah lemak sehingga sulit untuk menurunkan berat badan atau mempertahankannya. Dr McClymont mengatakan, stres kronis juga dapat membuat Anda mencari kenyamanan langsung dalam makanan.

"Di sisi lain, beberapa orang menemukan bahwa mereka mengalami penurunan nafsu makan saat stres, karena tingkat adrenalin - dan terkadang depresi yang dapat berjalan seiring dengan stres kronis - mempengaruhi nafsu makan," ujarnya.

5. Sistem kekebalan terganggu 

Orang yang terkena stres kronis dapat menemukan sistem kekebalan mereka terpengaruh, membuat mereka rentan terhadap pilek, flu dan infeksi lainnya. Konselor daring di Kooth, Aisha Gordon-Hiles, menjelaskan sel-sel yang digunakan tubuh untuk melindungi Anda dari penyakit tidak menyukai terlalu banyak kortisol. Saat terlalu banyak kortisol dilepaskan, kemampuan mereka untuk melindungi Anda dari penyakit berkurang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement