REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melalui pertemuan tahunan American Hearth Association, para dokter spesialis jantung mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 turut berperan dalam memperburuk beberapa faktor risiko penyakit jantung. Akibatnya, risiko penyakit jantung ikut meningkat.
Sebuah studi berskala besar misalnya, menunjukkan bahwa upaya mengontrol tekanan darah mengalami penurunan pada lebih dari 1,7 juta pasien di masa pandemi. Penurunan ini membuat para pasien tersebut menjadi lebih berisiko terhadap serangan jantung hingga strok.
Sebelum pandemi, persentase pasien dengan tekanan darah terkontrol berada di angka 60 persen. Akan tetapi di masa pandemi, persentase ini menurun jadi sekitar 50 persen.
"Sayangnya kita tahu bahwa itu akan memicu efek setelah pandemi, dengan angka kejadian kardiovaskular yang lebih tinggi," pungkas Dr Manesh Patel, seperti dilansir unitedpressinternational, Selasa (23/11).
Berdasarkan sebuah uji coba besar di Cina, salah satu upaya yang dapat membantu menjaga kesehatan jantung masyarakat di masa pandemi adalah dengan menghadirkan petugas kesehatan masyarakat. Dalam uji coba ini, ada banyak petugas kesehatan masyarakat yang disebar ke 325 desa di pedalaman Cina.
Sebelum bertugas, para petugas kesehatan masyarakat ini diberikan pelatihan medis dasar untuk membantu pasien mengelola tekanan darah tinggi. Di desa, para petugas kesehatan masyarakat ini bergerak aktif dalam memberikan pendampingan mengenai perubahan gaya hidup untuk mengontrol tekanan darah sekaligus memotivasi pasien untuk mengonsumsi obat secara teratur.
Sebelum kedatangan para petugas kesehatan masyarakat ini, persentase pasien tekanan darah tinggi yang terkontrol hanya sekitar 20 persen. Namun setelah petugas kesehatan masyarakat datang dan memberikan pendampingan, ada sekitar 57 persen pasien yang berhasil mencapai tekanan darah normal dalam kurun waktu 18 bulan.
"Desa-desa yang mendapatkan intervensi kontrol dan pengobatan tekanan darah mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan, 15 mm, sebuah penurunan besar yang mungkin bisa menurunkan kejadian kardiovaskular," ungkap Dr Patel.
Pertemuan ini juga menghasilkan sebuah panduan pola makan yang menyehatkan jantung. Secara umum, pola makan ini menganjurkan lebih banyak konsumsi makanan berbasis tumbuhan dan daging tak berlemak. Selain itu, pola makan ini juga membatasi asupan garam dan gula serta menjauhi makanan olahan.
Terkait pandemi, para dokter spesialis jantung dalam pertemuan ini juga sempat membahas soal vaksin Covid-19 dan kaitannya dengan risiko miokarditis. Menurut para dokter, tingkat kejadian miokarditis pada uji klinis vaksin Covid-19 mungkin terlalu diperbesar.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga menyebutkan bahwa kejadian miokarditis terkait vaksin Covid-19 diperkirakan 30-50 kali lebih rendah dibandingkan kejadian miokarditis akibat penyakit Covid-19 itu sendiri. Dengan kata lain, vaksin Covid-19 memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan risikonya.
"Saya melihat manfaat vaksin jauh lebih besar dari risikonya," ungkap Dr Patel.