REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro, mengingatkan kepada masyarakat akan pentingnya meningkatkan kekebalan bersama ketimbang mencari vaksin COVID-19 booster. "Hanya dengan bersama-sama kita bisa mengakhiri pandemi ini. Bukan suntikan booster yang seharusnya kita cari, tapi booster untuk meningkatkan kekebalan bersama yang harus kita fokuskan saat ini," ujar Reisa saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden yang diikuti secara daring dari Jakarta, Jumat (19/11).
Reisa mengatakan, sudah 42,23 persen dari 208 juta lebih orang Indonesia sudah divaksin lengkap, atau hampir 88 juta orang telah mendapatkan vaksin dosis kedua. Sedangkan 45,4 juta orang lebih sedang menunggu pemberian dosis kedua.
Dalam kesempatan tersebut Reisa juga mengutip pernyataan dr Maria Van Kekrhove dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan vaksin harus menjangkau orang-orang yang paling membutuhkan. "Jadi bukan hanya tentang beberapa cakupan vaksin yang sudah kita capai, tetapi juga tentang siapa saja yang sudah divaksinasi. Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia sejatinya bukan hanya tentang siapa yang di vaksinasi, tetapi juga tentang siapa saja yang belum divaksinasi," kata dia.
Reisa mengajak masyarakat yang berniat mencari vaksin COVID-19 dosis ketiga untuk melihat kelompok populasi yang lebih memerlukan vaksinasi seperti lanjut usai, pemilik komorbid, penyandang disabilitas, ibu hamil maupun kelompok anak. "Ini adalah pengingat bahwa fokus kita sebaiknya bukan tentang kapan vaksin ketiga atau vaksin booster akan dimulai? Tetapi apakah vaksinasi lansia yang sekarang berada di hampir 50 persen di dosis pertama, dan sekitar 31 persen dosis pertama kita bantu tingkatkan dengan cepat, sebelum tahun 2021 ini berakhir," kata dia.
Reisa juga meminta masyarakat memikirkan kebutuhan vaksin yang menyasar pada 5 juta guru. Saat ini diperlukan dosis pertama untuk 370 ribu guru, dan 2,3 juta guru untuk mendapatkan vaksin dosis lengkap.
Dia mengatakan, capaian 100 persen pada kelompok guru ini akan mempengaruhi nasib 60 juta pelajar seluruh Indonesia. Reisa meminta masyarakat yang sudah mendapatkan vaskin untuk ikut memastikan sekitar 74 orang lainnya yang masuk dalam sasaran, namun belum mendapatkan vaksinasi, mendapatkan hak mereka.
Pemerintah Indonesia, menurut Reisa, akan melakukan vaksinasi pada anak usia 6-11 tahun bila 70 persen sasaran vaksinasi sudah mendapatkan vaksin lengkap. Jika studi tentang pencampuran serta pencocokan suntikan ketiga dengan merek vaksin yang berbeda sudah keluar, setelah itu baru akan melihat program vaksinasi booster.
"Saya ingatkan saya lagi bahwa boster adalah produk kemajuan ilmu pengetahuan maka penggunaannya pun harus sesuai temuan sains dan anjuran para ilmuwan," kata Reisa.