Selasa 16 Nov 2021 15:29 WIB

Efek Samping Vaksin Covid-19 Intranasal AstraZeneca Ringan

Vaksin Covid-19 intranasal AstraZeneca punya efek samping lebih ringan.

Vaksin Covid-19 intranasal AstraZeneca punya efek samping lebih ringan.
Foto: AP/Virginia Mayo
Vaksin Covid-19 intranasal AstraZeneca punya efek samping lebih ringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti vaksin dari Jenner Institute Universitas Oxford, Carina Citra Dewi Joe, mengatakan bahwa menurut hasil pengujian, vaksin COVID-19 intranasal AstraZeneca memiliki efek samping lebih ringan daripada vaksin yang disuntikkan. "Proyek lain tim kami adalah vaksin intranasal. Selain disuntikkan, kami juga uji klinik lewat jalur lain, disemprotkan ke hidung," kata Carina, ilmuwan asal Indonesia yang ikut mengembangkan formula vaksin AstraZeneca, di Jakarta, Selasa (16/11).

"Sampai sekarang vaksin intranasal baru mendekati uji klinis pertama. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan (izin) uji klinis kedua. Hasilnya bagus, efek samping lebih ringan dari yang disuntik," katanya.

Baca Juga

Carina mengatakan bahwa masa uji klinik kedua dan ketiga penggunaan vaksin intranasal diharapkan bisa lebih singkat. Hal ini mengingat sudah banyak data mengenai penggunaan vaksin AstraZeneca dari penelitian laboratorium maupun pemanfaatan vaksin di berbagai negara.

"Kita ikut aturan Badan Kesehatan. Kita ikut uji klinis kedua. Saat ini mereka masih susun laporannya," katanya.

Menurut dia, AstraZeneca terus memperbaiki proses produksi vaksin agar bisa memproduksi vaksin dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Ia mengatakan bahwa produksi vaksin AstraZenecasaat ini telah mendekati dua miliar dosis dan 90 persen negara berkembang di dunia telah menggunakannya.

"Saat ini hampir dua miliar dosis produksi vaksin AstraZeneca. Sebentar lagi mereka akan lakukan selebrasi karena memasok kebutuhan vaksin dunia," katanya.

Menurut Carina, saat ini produksi vaksin AstraZeneca didukung oleh fasilitas produksi di 15 negara dan 25 laboratorium berkat transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan oleh dari tim UniversitasOxford.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement