Berbicara target, menurut Pingkan, biasanya sosok-sosok berbeda dari mayoritas menjadi sasaran bullying. Terkait saksi, sering kali bila mereka tak paham cara bertindak yang tepat saat bullying terjadi, maka orang cenderung diam. Penyebabnya bisa beragam.
"Ketika semakin banyak yang melihat akhirnya ada semacam rasa berbagi tanggung jawab, yang melihat itu akan tunggu-tungguan siapa yang negur duluan. Saksi ini penting, supaya dia bisa melakukan sesuatu, kadang-kadang ada efek seperti itu," kata Pingkan.
Pada masa pandemi Covid-19, tindak perundungan bukan berarti tak terjadi sama sekali, misalnya di tempat kerja. Pingkan mencontohkan, perundungan bisa dialami seseorang via telepon hingga e-mail berisi pergosipan.
Selain itu, perundungan juga dapat terjadi saat rapat online, misalnya dengan peserta yang melontarkan komentar mengandung unsur melecehkan. Suatu penelitian pada 2020 yang dilakukan satu organisasi menunjukkan angka responden mengeluhkan pelecehan dan direndahkan berbasis gender, etnis, dan usia meningkat di masa pandemi.
"Pandemi ini meningkatkan (kejadian perundungan), sekalipun konteksnya di online," kata Pingkan.