Persendian merupakan bagian tubuh yang menjadi penghubung antar tulang agar lebih mudah untuk digerakkan. Saat kondisinya terganggu, sendi akan terasa lebih kaku dan menurunkan jangkauan geraknya. Bahkan, dalam beberapa kasus, masalah pada sendi bisa memunculkan rasa nyeri yang intens saat digerakkan hingga menghambat aktivitas harian penderitanya.
Berbicara soal penyakit pada persendian, kamu pasti tidak asing lagi dengan penyakit rematik. Rematik adalah jenis penyakit sendi yang tergolong cukup sering menyerang, khususnya pada mereka yang telah menginjak usia senja dan memiliki gaya hidup yang tidak sehat.
Saat mengidap penyakit rematik, penderitanya akan merasakan gejala bengkak dan peradangan pada sendi, serta terkesan kaku saat lama tidak digerakkan. Penyakit ini juga masih belum terkuak penyebab utamanya dan belum bisa secara total disembuhkan.
Lalu, jenis penyakit seperti apa sih rematik itu? Tak kalah pentingnya, apa faktor risiko, gejala, dan metode pengobatan penyakit tersebut agar tak menjadi semakin parah dan berakibat fatal pada penderitanya? Nah, penjelasan lengkapnya bisa kamu simak pada ulasan berikut ini.
Baca Juga: Gejala Asam Urat, Penyebab Penyakit Asam Urat, Pengobatan dan Pencegahan yang Harus Dilakukan
Apa Itu Penyakit Rematik?
Penyakit Rematik
Rheumatoid arthritis atau bisa juga disebut rematik adalah jenis penyakit yang muncul dengan gejala rasa sakit dan nyeri pada bagian persendian. Rematik juga termasuk ke dalam penyakit autoimun, yaitu masalah kesehatan yang terjadi saat sistem imun atau kekebalan tubuh yang menyerang sel di dalam tubuhnya sendiri.
Dalam kasus penyakit rheumatoid arthritis, sistem imun tubuh menyerang area persendian sehingga menyebabkan berbagai kerusakan dan masalah kesehatan. Sebagai contoh, pengidap rematik akan mengalami peradangan kronik serta rasa nyeri intens pada bagian sendi yang diserang oleh sistem imunnya sendiri.
Efek jangka panjang dari penyakit ini adalah menyebabkan erosi pada tulang, menghancurkan jaringan pada persendian, serta menimbulkan masalah dan kerusakan total pada sendi. Jika dibiarkan, kondisi tersebut bisa menyebar dan menyebabkan masalah ke bagian tubuh lainnya. Misalnya, ligamen, tendon, dan otot. Bahkan, rematik juga bisa menyerang organ vital lain, seperti, pembuluh darah, kulit, dan paru-paru, walaupun potensinya sangat kecil.
Faktor Risiko Penyakit Rematik
Hingga kini, penyebab pasti dan utama dari penyakit rematik masih belum ditemukan. Meski begitu, faktor genetik diyakini sebagai salah satu pemicu utama mengapa penyakit ini bisa terjadi dan menyerang tubuh seseorang. Selain itu, ada pula beberapa faktor risiko yang mampu meningkatkan potensi seseorang mengidap penyakit ini, berikut di antaranya:
- Lebih umum terjadi pada wanita.
- Berusia 40 sampai 60 tahun.
- Memiliki riwayat penyakit serupa dari anggota keluarga lain.
- Terbiasa merokok atau menghirup asap rokok.
- Penyandang obesitas atau berat badan berlebih.
- Sering terpapar silika atau asbes di lingkungan kerja, walaupun faktor risiko ini masih sulit untuk dibuktikan secara pasti.
Penyebab Rematik
Rematik atau rheumatoid arthritis secara umum disebabkan oleh terjadinya kesalahan sistem kekebalan tubuh penderitanya sehingga malah menyerang bagian sinovium atau membran pelapis sendi tubuh. Karena masalah autoimun tersebut, terjadi peradangan pada bagian sinovium dan menimbulkan kerusakan terhadap tulang rawan serta tulang sekitar sendi.
Ligamen dan tendon yang ada di area sekitar sendi pun menjadi lebih lemah dan terjadi peregangan. Jika berlangsung dalam waktu cukup lama, sendi akan kehilangan bentuknya dan posisinya mengalami perubahan dari yang seharusnya. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa penderita penyakit rematik sering kali merasakan nyeri dan kaku saat menggerakkan bagian persendian yang terserang oleh sistem imun tubuhnya sendiri.
Gejala Rematik
- Mengalami radang dan pembengkakan pada bagian sendi, serta terasa kaku saat digerakkan. Kondisi tersebut terasa memburuk di pagi hari maupun setelah diistirahatkan dalam waktu cukup lama.
- Kondisi tubuh yang mudah lelah, tidak prima, lemas, dan lesu.
- Mengalami demam.
- Penurunan pada berat badan.
Di fase awalnya, penyakit rematik akan menyerang bagian sendi kecil, seperti pada jari tangan dan kaki. Di fase selanjutnya, penyakit tersebut akan berkembang dan mulai menyerang bagian sendi dengan ukuran lebih besar, misalnya, pergelangan tangan dan kaki, pinggul, siku, hingga bahu.
Perlu diketahui jika sekitar 40 persen penderita rematik merasakan gejala yang tak menimpa area persendian. Melainkan, gejala rematik terjadi pada struktur tubuh lain, seperti mata, kulit, jantung, ginjal, pembuluh darah, sumsum tulang, sel saraf, hingga paru-paru.
Gejala rematik ini sangat beragam, tergantung dari tingkat keparahan serta bisa hilang atau muncul dengan sendirinya. Jika berlangsung dalam waktu lama, rheumatoid arthritis dapat menjadi pemicu pergeseran dan deformitas pada sendi.
Baca Juga: 10 Manfaat Jahe Merah yang Mujarab Redakan Penyakit
Metode Diagnostik Penyakit Rematik
Di fase awalnya, penyakit rematik tergolong sulit untuk bisa didiagnosis. Penyebabnya karena gejala serta tanda yang muncul pada penyakit ini masih menyerupai dengan sejumlah penyakit lainnya.
Pada pemeriksaan fisiknya, dokter biasanya akan melihat kondisi pada sendi dan tulang, serta mencari tahu adakah proses pembengkakan di area tersebut. Tidak hanya itu, proses diagnosis juga bisa dibantu melalui sejumlah pemeriksaan penunjang. Salah satu contohnya pemeriksaan pada spesimen darah. Via pemeriksaan darah tersebut, dokter mampu melakukan pengecekan terkait adanya rheumatoid faktor di tubuh pasien atau tidak.
Cara Mengobati Rematik
Cara Mengobati Rematik
Penanganan pada penyakit rematik bisa dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya dengan cara menurunkan serta menghilangkan peradangan atau inflamasi yang terjadi pada area sendi.
Meski begitu, riwayat dari masalah rheumatoid arthritis tidak bisa disembuhkan atau dihilangkan secara total. Terkait jenis obat-obatan yang umumnya diberikan kepada pasien yang menderita penyakit rematik antara lain, obat anti peradangan golongan non steroid atau golongan steroid, serta sejumlah suplemen dan vitamin yang penting dibutuhkan oleh tubuh.
Ada pula anjuran untuk mengonsumsi obat remitif atau DMARD. Obat tersebut diberikan kepada pasien sebagai upaya pengobatan jangka panjang. Karena alasan itu pula biasanya dokter akan memberikan obat ini pada pasien semenjak stadium awal penyakit rematik agar perkembangannya dapat ditekan dan mampu melindungi bagian sendi dan juga jaringan lunak sekitarnya dari kerusakan.
Selain mengonsumsi jenis obat-obatan tersebut, penderita rematik juga disarankan untuk melakukan fisioterapi. Tujuannya untuk membantu bagian sendi yang terasa sakit akibat peradangan menjadi lentur kembali, mudah digerakkan, dan tidak kaku.
Dalam kondisi yang terbilang parah dan pemberian obat rematik tak membuahkan hasil, penanganan pada penyakit ini bisa melalui proses pembedahan. Akan tetapi, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengambil cara mengobati rematik tersebut agar manfaatnya bisa dioptimalkan dan tak menimbulkan masalah kesehatan lain yang lebih membahayakan.
Segera Periksakan ke Dokter saat Gejala Terasa Muncul
Sebagai penyakit yang belum diketahui penyebab pasti dan metode penyembuhan secara total, rematik bisa menjadi masalah kesehatan yang muncul secara tiba-tiba. Jika kamu merasakan gejala penyakit tersebut yang telah disebutkan di atas, seperti rasa nyeri dan kaku pada sendi, jangan ragu untuk segera menghubungi dokter dan melakukan pemeriksaan. Dengan begitu, proses pengobatan dini bisa dilakukan dan memperlambat perkembangan penyakit rematik agar tak menjadi semakin parah ke depannya.
Baca Juga: Meredakan Pegal Linu dengan Lakukan 5 Cara ini