Jumat 15 Oct 2021 05:03 WIB

Jangan Lewatkan Sarapan, Ini Manfaatnya

Awalnya, klaim sarapan merupakan hal penting bermula dari iklan sereal pada 1940-an.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Manfaat dari sarapan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Manfaat dari sarapan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang menganggap sarapan itu penting. Sebagian lainnya justru melupakan sarapan. Sebenarnya seberapa penting sarapan itu?

Asal usul klaim awal sarapan adalah makanan terpenting didasarkan pada kampanye pemasaran oleh produsen sereal pada 1940-an, seperti yang dilaporkan The Atlantic pada  2016.

"Namun, sejak itu, ada banyak penelitian tentang bagaimana makan sarapan memengaruhi kesehatan dan berat badan, serta pembelajaran dan kinerja kognitif pada orang dewasa dan anak-anak," ujar Ginger Hultin, RDN, pemilik ChampagneNutrition di Seattle dan penulis Anti-Inflammatory Diet Meal Prep and How to Eat to Beat Disease Cookbook seperti dilansir di laman Everyday Health, Kamis (14/10).

Jadi sementara asal usul klaim ini tidak berakar pada bukti ilmiah, sekarang ada penelitian untuk mendukung rekomendasi tersebut. Meskipun Anda dapat menemukan studi yang mendukung kedua sisi perdebatan, penting untuk fokus pada meta-analisis, yang melihat banyak studi tentang subjek yang sama untuk menemukan kesimpulan. 

"Bukti tampaknya paling meyakinkan bahwa melewatkan sarapan menciptakan hasil kesehatan yang lebih buruk bagi banyak orang," kata Hultin.

Meta-analisis lain, yang diterbitkan di Obesity pada Juni 2020, juga melihat uji coba terkontrol secara acak, menemukan bahwa melewatkan sarapan dikaitkan dengan sekitar satu pon penurunan berat badan selama dua bulan dibandingkan dengan makan, tapi melewatkan juga dikaitkan dengan peningkatan kolesterol LDL jahat.

Bisa dibilang melewatkan sarapan adalah puasa intermiten zaman modern. Pola makan yang populer disebut 16:8, di mana orang berpuasa selama 16 jam dan makan selama 8 jam per hari.

Sering kali, mereka akan mulai makan pada siang hari. Jenis makan ini mungkin menawarkan manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan kesehatan metabolisme bagi mereka yang memiliki obesitas atau diabetes. Tapi lebih banyak penelitian diperlukan, dan yang jelas puasa intermiten bukan untuk semua orang. Terlebih lagi, para ahli kesehatan memperingatkan rencana makan mungkin tidak berkelanjutan dan mungkin membuat beberapa orang makan berlebihan di kemudian hari.

“Satu studi, yang diterbitkan dalam Proceedings of the Nutrition Society pada April 2021, mencatat orang yang melewatkan sarapan mengonsumsi lebih sedikit nutrisi, seperti kalsium, vitamin D, folat, dan zat besi. Bahkan saat ngemil lebih banyak, orang yang melewatkan sarapan tidak mengganti nutrisi dari makanan yang terlewatkan,” kata dia.

Jika Anda memilih untuk melewatkan sarapan, Anda harus benar-benar memastikan bahwa makan siang, makan malam, dan camilan tepat sasaran. 

Elizabeth Adrian, RD, pendiri City to Sea Nutrition, konseling nutrisi secara langsung dan virtual di New York City merekomendasikan kliennya makan sarapan untuk mengatur rasa lapar, mencegah makan berlebihan, dan mendapatkan makanan berkualitas di awal hari.

Ketiga ahli diet tersebut merekomendasikan sarapan kepada klien mereka. Tapi apa yang Anda makan lebih penting daripada waktu tertentu. "Fokus pada makanan utuh, nabati, penuh serat dan batasi gula tambahan, biji-bijian olahan, dan kelebihan natrium," kata Cassetty.

Telur orak-arik dengan sayuran dan roti gandum utuh atau smoothie yang dibuat dengan buah, sayuran (seperti bayam), selai kacang, susu almond, dan bubuk protein, atau yogurt yunani adalah dua contoh sarapan bertenaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement