REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan varian delta sebagai varian yang dominan di seluruh dunia. Varian itu dengan mudah menggantikan varian lain.
Pemimpin teknis WHO untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan dalam sebuah video Tanya Jawab yang dilansir laman Deseret, Jumat (24/9), varian delta mengungguli dan menggantikan semua varian COVID-19 lainnya yang ada saat ini.
Faktanya, Delta telah melampaui varian alfa, beta, dan gamma, yang mewakili kurang dari satu persen dari semua kasus COVID-19. Van Kerkhove menegaskan, dari empat varian yang menjadi perhatian, delta, sejauh ini, yang paling menular.
“Jika delta diidentifikasi atau mulai beredar di negara di mana ada beta (delta) dengan cepat mengganti varian di sana,” kata dia.
Pada awal September, beberapa ahli virologi mengatakan kepada The Wall Street Journal, varian Mu dan lambda tidak akan melampaui varian delta. Varian delta diposisikan dengan baik untuk mempertahankan dominasinya atas varian COVID-19 lainnya.
Sementara, seorang profesor di Departemen Kesehatan Internasional di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, Anna Durbin, mengatakan, varian-varian itu suka bertarung satu sama lain untuk mendominasi dengan menginfeksi orang-orang yang rentan. Varian delta menginfeksi banyak orang yang rentan, yang menyisakan sedikit ruang untuk lambda atau mu untuk tumbuh.
“Semua virus ini bersaing satu sama lain untuk mendapatkan keuntungan menjadi yang bertahan. Kami tahu bahwa varian lambda memiliki beberapa mutasi yang sama dengan varian delta yang kami pikir (akan) memungkinkannya untuk lebih menular, sehingga akan sulit untuk mengungguli varian delta,” kata Durbin.
Namun, Van Kerkhove menegaskan, varian yang menarik baru-baru ini, seperti varian mu, tidak dapat mengalahkan varian delta untuk menjadi dominan. “Lambda dan mu sepertinya tidak dominan,” katanya.