Selasa 14 Sep 2021 02:52 WIB

Ini Teknik Proning Bagi Pasien Covid-19 Obesitas dan Hamil

Pasien obesitas dan hamil bisa melakukan modified proning.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Proning Position
Foto: Thelancet.com
Proning Position

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri (isoman) diharapkan melakukan tidur tengkurap (proning) untuk meningkatkan saturasi oksigen. Namun, bagi pasien Covid-19 yang obesitas, terutama di perut dan sedang hamil yang sulit tengkurap bisa proning posisi miring.

"Untuk yang sedang isoman, kalau sedang istirahat usahakan proning atau tengkurap sekitar dua jam per hari. Tidak hanya pasien yang mengalami penurunan saturasi yang bisa melakukannya, semua pasien Covid-19 bisa melakukannya," kata Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Siti Chandra Widjanantie saat di podcast Tanya Jawab IDI Bertema 'Apakah Olahraga Rutin Dapat Mencegah Penularan Covid-19?', ditulis Senin (13/9).

Ia menjelaskan, posisi punggung ketika tengkurap kemudian tekanan gravitasi sama di semua sisi kantung udara. Kendati demikian, ia menyadari harus ada kenyamanan pasien untuk melakukannya, bahkan tidak menutup kemungkinan perlu obat untuk melemaskan otot. 

Namun, ia mengakui ada kondisi pasien mengalami obesitas yang perutnya besar atau hamil mengalami hambatan sulit tengkurap. Sehingga, dia melanjutkan, posisi yang bisa dilakukan adalah mendekati proning yaitu modified proning

Ia menjelaskan, modified proning adalah posisi miring tetapi punggungnya clear atau tak ada ganjalan. "Tengkuraplah senyaman kamu mau," ujarnya.

Baca juga : BPOM: Herbal Terapi Pasien Covid-19 Masih Diteliti

Kemudian, dia melanjutkan, pasien isoman juga bisa menjalani latihan pernapasan untuk mengembangkan dada. Ia menyebutkan latihan tarik napas bertahap dengan gerakan tangan bisa dijalani pasien yang tengah menjalani isoman. Ia menjelaskan, paru-paru ada di kerangka dada, kalau menarik tangan maka kerangkanya juga mengulur karena ada otot yang ikut meregang. Jadi, ia mengajak pasien isoman bisa menarik tangannya ke atas, bawah, samping, sambil menarik napas. 

Kemudian melakukannya bisa dengan duduk dan berdiri. Tujuannya, dia menambahkan, latihan ini bisa untuk optimalisasi untuk menarik napas, menjaga paru-paru, dan oksigenasi lebih baik.

"Bisa dilakukan selama 30 detik, hitung saja. Kemudian ukur dengan saturasi oksigen (oximeter) dan kalau hasilnya di bawah 94 persen maka harus hati-hati karena otak tidak boleh kekurangan oksigen," katanya.

Tak hanya untuk mengukur kadar oksigen saat menjalani latihan pernapasan, ia meminta oximeter juga digunakan pasien Covid-19 saat beraktivitas lain seperti sehabis tidur, berdiri, berjalan, mengambil minum, dan akan terlihat kalau mengalami penurunan kadar oksigen dalam darah (happy hypoxia). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement